Last Updated on
Thursday, 24 May 2012 03:12
Wednesday, 23 May 2012 11:14
Written by Hamid Fahmy Zarkasyi
Irsyad Manji mengaku dirinya lesbian dan
menghujat syariat Islam. Namun ia dihormati dan diapresiasi oleh
sekelompok penganut “Islam liberal”. Alasannya, kebebasan berwacana itu
tidak berdosa, bahkan mendapat pahala. Ada pula yang membela demi
kebebasan “biarkan Manji bicara negara tidak perlu melarang sebab Tuhan
saja membiarkan setan hidup”.
Pendapat-pendapat diatas bukan saja tidak logis, tapi tidak menggunakan dhamir atau
nurani. Tidak logis karena salah dalam berfikir atau berwacana justru
besar dosanya. Sebab kekufuran bisa dipicu oleh fikiran. Dari kebebeasan
seluas apapun akan terbatas oleh kebebasan orang atau kelompok lain,
apalagi oleh kebebasan Tuhan. Jika secara liberal orang merasa berhak
menghormati dan mengidolakan Manji orang lain juga berhak mencaci
makinya. Bahkan setan diciptakan Tuhan untuk dilawan dimusuhi dan dicaci
maki oleh orang saleh.
Beda dari Manji, Lady Gaga melawan Tuhan dan agama
bukan dengan wacana. Ia tidak menulis buku, tapi bernynayi tanpa etika,
mengumbar syahwat pada settiap pentasnya. Lirik lagu-lagunya menghujat
Tuhan, moral dan agama. Majalah Times dan majalah Forbes
meletakkan Gaga sebagai salah satu dari 100 orang berpengaruh dan
berkuasa di dunia. Mungkin ia berkuasa merusak moral anak muda. Karena
besar daya rusaknya ia pantas kita beri gelar “teroris moral bangsa”.
Namun
di negeri yang berpreikemanusian yang adil dan beradab ini masih ada
yang tidak perduli itu semua. Banyak seniman menghargai kedatangannya
tanpa perduli kerugian moral bangsa. Bagi promotor, semua keburukan Gaga
itu tidak penting, moral bangsa rusak pun juga tidak masalah. Yang
penting untung bisa diraup sebanyak-banyaknya. Untuk orang-orang
Indonesia yang liberal, sekuler dan bahkan anti-agama, ini momen penting
untuk deklarasi kebebeasan dan membungkam fatwa-fatwa, atau opini-opini
keagamaan.
Diantara mereka bahkan ingin
membawa ke ranah hukum. Negara ini memang negara hukum, tapi masalah
seperti ini tidak bisa diselesaikan dengan hukum semata. Jangankan Ladi
Gaga atau Irsyad Manji, koruptor yang pasti bersalah pun tidak selesai
dengan hukum. Hukum masih belum bisa memenuhi rasa keadilan masyarakat.
Apalagi untuk menyelamatkan ideologi, agama, jiwa, akal, harta, dan
moral generasi bangsa ini. Hukum disini ada harga dollarnya.
Ketika
Bung Karno memenjarakan Koes Plus, dasarnya bukan hukum, tapi ideologi
dan harga diri bangsa. Saat umat Kristen Seoul menolak Gaga, juga bukan
karena hukum, tapi ide homoseksualisme dan pornografi yang dibawanya (Washington Post 22/4/2012). Demikian pula umat Islam di Malaysia dan pemerintah Hongkong dan Philipina.
Masalah
Lady Gaga adalah masalah besar, berdampak luas, berakibat fatal, bagi
yang melihat dengan mata hati dan nuraninya. Untuk itu perlu solusi
dengan jiwa besar, nalar besar dan komitment moral yang tinggi. Untuk
itu semua perlu berlindung pada yang Maha Besar dan Maha Tinggi, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa.
Kita tidak boleh lupa,
negeri ini merdeka berkat rahmat Tuhan Yang Masa Esa. Maka masalah
bangsa ini bisa selesai jika semua komponen bangsa ini konsisten
menghidupkan jiwa-jiwa berketuhanan. Dengan jiwa ini akan lahir
kebijakan pemimpin yang arif dan kearifan pemimpin yang bijak. Maka
mencekal Lady Gaga dan Irsyad Manji cukup dengan kejernihan nurani,
kebersihan jiwa dan kearifan batin, berdasarkan keyakinan pada Tuhan.
Kini
bangsa ini sedang menunggu kebijakan Presiden. Umat menanti fatwa
ulama. Para seniman perlu petuah pujangga. Guru bangsa ditunggu
kecerdasan spiritualnya. Dan para pengarus utama kesetaraan gender
waktunya bicara, mengapa wanita dihargai karena simbol seksualnya.
Bukankah ini pelecehan martabat wanita?
Terlepas
dari alasan segelintir masyarakat bernafsu melihat Ladi Gaga, yang pasti
bukan demi bangsa, negara dan agama. Dan terlepas dari siapapun yang
menolak Lady Gaga, yang pasti demi kebaikan moral bangsa dan pemeluk
agama-agama.
Jikapun orang tetap memaksakan Lady
Gaga pentas, kita kembalikan pada nurani kita masing-masing. Dan kita,
umat Islam, mesti ingat sabda Nabi “jika engkau tidak punya malu,
buatlah sesuka hatimu”. Malu atau tidak ditentukan oleh dhamir atau nurani kita masing-masing. Sal dhamiraka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar