Senin, 05 Desember 2011

KABAR TENTANG AL-MASIH AD-DAJJAL


a. Siapakah Al-Masih Ad-Dajjal itu?

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَمْكُثُ أَبُو الدَّجَّالِ وَأُمُّهُ ثَلاَثِينَ عَامًا لاَ يُولَدُ لَهُمَا وَلَدٌ، ثُمَّ يُولَدُ لَهُمَا غُلاَمٌ أَعْوَرُ، أَضَرُّ شَيْءٍ وَأَقَلُّهُ مَنْفَعَةً، تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلاَ يَنَامُ قَلْبُهُ، ثُمَّ نَعَتَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبَوَيْهِ، فَقَالَ : أَبُوهُ طِوَالٌ ضَرْبُ اللَّحْمِ كَأَنَّ أَنْفَهُ مِنْقَارٌ، وَأُمُّهُ فِرْضَاخِيَّةٌ طَوِيلَةُ الْيَدَيْنِ.  رواه الترمذي  ٢٢٤٨

Dari Abu Bakrah r.a, berkata : Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, bersabda : “Bapak dan ibunya Dajjal menetap selama tiga puluh tahun tidak dilahirkan seorang anak-pun untuk keduanya, kemudian dilahirkan bagi keduanya seorang anak lelaki yang bermata satu, lagi sebahaya-bahanya sesuatu dan sedikit-dikitnya sesuatu yang bermanfaat, kedua matanya tidur, akan tetapi hatinya tidak tidur, kemudian Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, mensifati kedua orang tuanya untuk kami, lalu beliau bersabda : “Bapaknya berpostur tinggi, terkoyak-koyak kulitnya, seolah-olah hidungnya paruh burung, dan ibunya adalah seorang wanita yang bertubuh besar, panjang kedua tangannya”. (H.R. At-Tirmidzi, No Hadits : 2248).
b. Dimanakah Ad-Dajjal sekarang ini?
Dajjal sekarang ini disembunyikan oleh Allah Ta’aala, di suatu pulau terpencil dalam keadaan terikat, sebagaimana keterangan hadits panjang berikut ini :

عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتَ قَيْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : جَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ، وَهُوَ يَضْحَكُ، فَقَالَ : لِيَلْزَمْ كُلُّ إِنْسَانٍ مُصَلاَّهُ، ثُمَّ قَالَ : أَتَدْرُونَ لِمَ جَمَعْتُكُمْ؟ قَالُوا : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : إِنِّي وَاللَّهِ، مَا جَمَعْتُكُمْ لِرَغْبَةٍ وَلاَ لِرَهْبَةٍ وَلَكِنْ جَمَعْتُكُمْ لِأَنَّ تَمِيمًا الدَّارِيَّ كَانَ رَجُلاً نَصْرَانِيًّا، فَجَاءَ فَبَايَعَ وَأَسْلَمَ، وَحَدَّثَنِي حَدِيثًا وَافَقَ الَّذِي كُنْتُ أُحَدِّثُكُمْ عَنْ مَسِيحِ الدَّجَّالِ، حَدَّثَنِي أَنَّهُ رَكِبَ فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ مَعَ ثَلاَثِينَ رَجُلاً مِنْ لَخْمٍ وَجُذَامَ، فَلَعِبَ بِهِمُ الْمَوْجُ شَهْرًا فِي الْبَحْرِ، ثُمَّ أَرْفَئُوا إِلَى جَزِيرَةٍ فِي الْبَحْرِ حَتَّى مَغْرِبِ الشَّمْسِ، فَجَلَسُوا فِي أَقْرُبِ السَّفِينَةِ، فَدَخَلُوا الْجَزِيرَةَ، فَلَقِيَتْهُمْ دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ، لاَ يَدْرُونَ مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ، فَقَالُوا : وَيْلَكِ مَا أَنْتِ؟ فَقَالَتْ : أَنَا الْجَسَّاسَةُ، قَالُوا : وَمَا الْجَسَّاسَةُ؟ قَالَتْ : أَيُّهَا الْقَوْمُ، إِنْطَلِقُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ! فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِاْلأَشْوَاقِ، قَالَ : لَمَّا سَمَّتْ لَنَا رَجُلاً فَرِقْنَا مِنْهَا أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً، قَالَ : فَانْطَلَقْنَا سِرَاعًا حَتَّى دَخَلْنَا الدَّيْرَ فَإِذَا فِيهِ أَعْظَمُ إِنْسَانٍ، رَأَيْنَاهُ قَطُّ خَلْقًا وَأَشَدُّهُ وِثَاقًا مَجْمُوعَةٌ يَدَاهُ إِلَى عُنُقِهِ مَا بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى كَعْبَيْهِ بِالْحَدِيدِ، قُلْنَا : وَيْلَكَ، مَا أَنْتَ؟

قَالَ : قَدْ قَدَرْتُمْ عَلَى خَبَرِي، فَأَخْبِرُونِي مَا أَنْتُمْ؟ قَالُوا : نَحْنُ أُنَاسٌ مِنَ الْعَرَبِ، رَكِبْنَا فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ فَصَادَفْنَا الْبَحْرَ حِينَ اغْتَلَمَ، فَلَعِبَ بِنَا الْمَوْجُ شَهْرًا، ثُمَّ أَرْفَأْنَا إِلَى جَزِيرَتِكَ هَذِهِ، فَجَلَسْنَا فِي أَقْرُبِهَا، فَدَخَلْنَا الْجَزِيرَةَ، فَلَقِيَتْنَا دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لاَ يُدْرَى مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ، فَقُلْنَا : وَيْلَكِ مَا أَنْتِ؟ فَقَالَتْ : أَنَا الْجَسَّاسَةُ، قُلْنَا : وَمَا الْجَسَّاسَةُ؟ قَالَتْ : إِعْمِدُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ! فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِاْلأَشْوَاقِ، فَأَقْبَلْنَا إِلَيْكَ سِرَاعًا وَفَزِعْنَا مِنْهَا وَلَمْ نَأْمَنْ أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً، فَقَالَ : أَخْبِرُونِي، عَنْ نَخْلِ بَيْسَانَ! قُلْنَا : عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ؟ قَالَ : أَسْأَلُكُمْ عَنْ نَخْلِهَا، هَلْ يُثْمِرُ؟ قُلْنَا لَهُ : نَعَمْ، قَالَ : أَمَا إِنَّهُ يُوشِكُ أَنْ لاَ تُثْمِرَ، قَالَ : أَخْبِرُونِي عَنْ بُحَيْرَةِ الطَّبَرِيَّةِ! قُلْنَا : عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ؟ قَالَ : هَلْ فِيهَا مَاءٌ؟ قَالُوا : هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ، قَالَ : أَمَا إِنَّ مَاءَهَا يُوشِكُ أَنْ يَذْهَبَ، قَالَ : أَخْبِرُونِي عَنْ عَيْنِ زُغَرَ! قَالُوا : عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ؟ قَالَ : هَلْ فِي الْعَيْنِ مَاءٌ، وَهَلْ يَزْرَعُ أَهْلُهَا بِمَاءِ الْعَيْنِ؟ قُلْنَا لَهُ : نَعَمْ، هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ وَأَهْلُهَا يَزْرَعُونَ مِنْ مَائِهَا، قَالَ : أَخْبِرُونِي عَنْ نَبِيِّ اْلأُمِّيِّينَ! مَا فَعَلَ؟ قَالُوا : قَدْ خَرَجَ مِنْ مَكَّةَ وَنَزَلَ يَثْرِبَ،

قَالَ : أَقَاتَلَهُ الْعَرَبُ؟ قُلْنَا : نَعَمْ، قَالَ : كَيْفَ صَنَعَ بِهِمْ؟ فَأَخْبَرْنَاهُ : أَنَّهُ قَدْ ظَهَرَ عَلَى مَنْ يَلِيهِ مِنَ الْعَرَبِ وَأَطَاعُوهُ، قَالَ لَهُمْ : قَدْ كَانَ ذَلِكَ؟ قُلْنَا : نَعَمْ، قَالَ : أَمَا إِنَّ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ أَنْ يُطِيعُوهُ، وَإِنِّي مُخْبِرُكُمْ عَنِّي، إِنِّي أَنَا الْمَسِيحُ، وَإِنِّي أُوشِكُ أَنْ يُؤْذَنَ لِي فِي الْخُرُوجِ، فَأَخْرُجَ فَأَسِيرَ فِي اْلأَرْضِ فَلاَ أَدَعَ قَرْيَةً إِلاَّ هَبَطْتُهَا فِي أَرْبَعِينَ لَيْلَةً غَيْرَ مَكَّةَ وَطَيْبَةَ فَهُمَا مُحَرَّمَتَانِ عَلَيَّ، كِلْتَاهُمَا كُلَّمَا أَرَدْتُ أَنْ أَدْخُلَ وَاحِدَةً أَوْ وَاحِدًا مِنْهُمَا إِسْتَقْبَلَنِي مَلَكٌ بِيَدِهِ السَّيْفُ صَلْتًا يَصُدُّنِي عَنْهَا، وَإِنَّ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلاَئِكَةً يَحْرُسُونَهَا، قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَطَعَنَ بِمِخْصَرَتِهِ فِي الْمِنْبَرِ : هَذِهِ طَيْبَةُ، هَذِهِ طَيْبَةُ، هَذِهِ طَيْبَةُ، يَعْنِي الْمَدِينَةَ. {رواه مسلم (٢٩٤٢)}. في صحيحه

Dari Fathimah binti Qais r.a, berkata : “Rasulullah duduk di atas mimbar, dan beliau tertawa, lalu beliau bersabda : “Hendaklah tetap masing-masing manusia di tempat sholatnya!, kemudian beliau bersabda : “Apakah kalian tahu mengapa aku mengumpulkan kalian?, mereka menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu, beliau bersabda : Sesungguhnya aku, demi Allah tidak mengumpulkan kalian karena suatu kegembiraan atau suatu ketakutan, akan tetapi aku mengumpulkan kaliankarena sesungguhnya Tamim Ad-Dari seorang lelaki Nasrani telah datang kepadaku, lalu ia berba’iat dan masuk agama Islam, dan ia berbicara kepadaku dengan suatupembicaraan yang sesuai dengan apa yang telah aku bicarakan kepada kalian tentang Masih Ad-Dajjal. Ia bercerita kepadaku, sesungguhnya ia telah naik perahu di lautan beserta tiga puluh orang laki-laki dari suku Lakham dan Judzam, lalu ombak mengombang-ambingkan mereka selama satu bulan di lautan, kemudian mereka terdampar ke suatu pulau di tengah laut hingga matahari tenggelam, lalu mereka duduk di suatu tempat yang dekat dengan perahu, lalu mereka memasuki pulau itu, lalu ada seekor binatang yang kasar rambutnya lagi lebat bulunya menemui mereka, dan mereka tidak mengetahui mana qubulnya dan mana duburnya karena begitu lebatnya bulu binatang tersebut, lalu mereka berkata : “celaka, siapakah kamu?, ia menjawab : Aku adalah Al-Jassasah, mereka bertanya : Apakah Al-Jassasah itu?, ia berkata : Wahai kaum, pergilah kalian menuju seorang lelaki di dalam biara ini!, karena sesungguhnya ia sangat menanti kabar dari kalian, ia (Tamim Ad-Dari) berkata : Tatkala ia menyebut seorang lelaki kepada kami, maka kami-pun tekejut karenanya kalau-kalau ia adalah syetan. Lalu kami segera pergi hingga kami memasuki biara itu, tiba-tiba di dalamnya ada sebesar-besarnya manusia yang tidak pernah kami lihat makhluq sebesar itu, ia terikat dengan sekuat-kuatnya ikatan, kedua tangannya hingga lehernya diikat di antara kedua lututnya hingga kedua matakakinya dengan besi. Kami berkata : “celaka, siapakah kamu?, iamenjawab : Sungguh kalian telah ditakdirkan atas beritaku, maka kabarkanlah kepadaku, siapakah kalian? Mereka menjawab : Kami adalah manusia dari Arab, kami naik perahu di lautan, lalu kami menghadapilaut tatkala bergelombang, maka ombaknya telah mengombang-ambingkan kami selama satu bulan, lalu kami terdampar ke pulaumu ini, lalu kami duduk di suatu tempat dekat dengan perahu, lalu kami memasuki pulau ini, lalu ada seekor binatang yang kasar rambutnya lagi lebat bulunya menemui kami, tidak diketahui mana qubulnya dan mana duburnya karena terlalu lebat bulunya, lalu kami berkata : “celaka, siapakah kamu?, ia menjawab : Aku adalah Al-Jassasah, kami bertanya : Apakah Al-Jassasah itu?, ia berkata : Menujulah kalian kepada seorang lelaki di dalam biara ini! Karena sesungguhnya ia sangat menantikan kabar dari kalian, lalu kami menuju kepadamu dengan segera, dan kami terkejut karenanya, dan kami tidak akan aman bila kamu adalah syetan, lalu lelaki itu berkata : Kabarkanlah kepadaku tentang kurma Baisan!, kami berkata : Tentang apanya yang kamu tanya beritanya? Ia menjawab : Aku bertanya kepadamu tentang buahnya, apakah ia masih berbuah?, kami berkata kepadanya : “Ya, ia berkata : Ingat-ingatlah, sesungguhnya sebentar lagi ia tidak akan berbuah, ia berkata : Kabarkanlah kepadaku tentang Danau Tiberia!, kami menjawab : Tentang apanya yang kamu tanya beritanya?, ia berkata : Apakah di dalamnya masih ada airnya?, mereka menjawab : Ia masih banyak airnya, ia berkata : Ingat-ingatlah, bahwasanya airya sebentar lagi akan hilang, ia berkata : Kabarkanlah kepadaku tentang mata air Zughar (di Syam), mereka berkata : Tentang apanya yang kamu tanya beritanya?, Ia berkata : Apakah di dalam mata air itu masih ada airnya?, dan apakah penduduknya masih bertani dengan mata air itu?, kami berkata kepadanya : “Ya, Ia masih banyak airnya, dan penduduknya masih bertani dengan mata air itu, ia berkata : Kabarkanlah kepadaku tentang Nabinya orang-orang ummi, apakah yang telah ia lakukan?, mereka menjawab : Sungguh ia telah keluar dari Makkah dan menetap di Yatsrib, ia bertanya : Apakah orang-orang Arab telah memeranginya?, kami menjawab : “Ya, ia berkata : Bagaimanakah yang telah ia perbuat dengan mereka?, lalu kami mengabarkan kepadanya, sesungguhnya ia telah mengalahkan orang-orang yang berada di sekitarnya dari penduduk Arab, dan mereka telah manta’atinya, ia berkata kepada mereka : Sungguhkah telah ada kejadian seperti itu?, kami berkata : “Ya, ia berkata : Ingat-ingatlah, sesungguhnya hal itu adalah lebih baik bagi mereka bila mereka menta’atinya, dan sesungguhnya aku adalah orang yang akan mengabarkan kepada kalian tentang diriku, sesungguhnya aku adalah Al-Masih (Ad-Dajjal), dan sesungguhnya aku sebentar lagi akan diizinkan untuk keluar, lalu aku akan keluar dan berjalan di muka bumi, maka aku tidak akan meninggalkan satu desa (negeri) melainkan aku akan menuruninya selama empat puluh malam, selain kota Makkah dan Thibah, maka keduanya adalah diharamkan bagiku, masing-masing keduanya setiap kali aku berkeinginan untuk memasukinya sekaligus atau memasuki salah satu dari keduanya, maka ada seorang malaikat menghadangku yang di tangannya ada pedang mengkilap tajam yang terhunus, ia menghalauku darinya, dan sesungguhnya di setiap celahnya (Makkah dan Thibah) ada beberapa malaikat yang menjaganya. Ia (Fathimah binti Qois r.a,) berkata : Rasulullah SAW, bersabda sambil menghentak dengan tongkatnya di dalam mimbar : Inilah Thibah, inilah Thibah, inilah Thibah, yang beliau maksud adalah Kota Madinah”. (H.R. Muslim, No Hadits : 2942).
Di dalam lanjutan hadits tersebut juga telah dijelaskan, bahwa Rasulullah SAW, bersabda : “Ingat-ingatlah, sesungguhnya ia adalah lautan negeri Syam atau lautan negeri Yaman, bahkan ia dari arah timur”. Beliau berisyarat dengan tangannya menuju ke arah timur.
Pada awalnya Tamim Ad-Dari r.a, adalah salah seorang tokoh agama Nasrani. Dan setelah ia masuk agama Islam, maka ia menjadi salah satu sahabat Nabi Shollallaah ‘alaih wa sallam, yang terkemuka, dan Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, juga sering memujinya. Dan dialah orang yang telah meriwayatkan hadits : “Ad-Diinu An-Nashiihah”.
c. Ciri-Ciri Al-Masih Ad-Dajjal
Al-Masih Ad-Dajjal memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Matanya yang kanan terhapus (mamsukh), dan matanya yang kiri keluar bagaikan buah anggur yang timbul, di antara kedua matanya tertulis huruf “KAF – FA’ – RO”, yang berarti KAFIR, dan ia akan datang mengaku sebagai Tuhan dengan membawa sesuatu yang menyerupai surga dan neraka. Dan berikut ini adalah penjelasan dalil-dalilnya :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ الدَّجَّالَ بَيْنَ ظَهْرَانَيِ النَّاسِ، فَقَالَ : إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَيْسَ بِأَعْوَرَ، أَلاَ وَإِنَّ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُمْنَى، كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِئَةٌ. {رواه البخاري (٣٤٣٩)، ومسلم (٢٩٣٣)}. في صحيحيهما

Dari Ibnu Umar r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW, menyebut Dajjal di tengah-tengah manusia, lalu beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak buta sebelah, ingat-ingatlah sesungguhnya Al-Masih Ad-Dajjal buta matanya sebelah yang kanan, seolah-olah matanya yang kiri adalah buah anggur yang melotot”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 3439, dan Muslim, No Hadits : 2933).
Ad-Dajjal diberi julukan Al-Masih itu karena matanya yang kanan terhapus (mamsukhul ‘aini al-yumna), atau karena ia Al-A’war, dan Al-A’war itu biasa disebut dengan Al-Masikh.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ وَقَدْ أَنْذَرَ أُمَّتَهُ اْلأَعْوَرَ الْكَذَّابَ، أَلاَ إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ، وَمَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ : ك ف ر، أي كَافِرٌ.

رواه البخاري (٧١٣١)، ومسلم (٢٩٣٣). صحيح

Dari Anas bin Malik r.a, berkata : Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, bersabda : “Tidaklah dari seorang nabi melainkan sungguh ia telah memperingatkan umatnya terhadap yang buta sebelah lagi pendusta, ingat-ingatlah sesungguhnya ia (Dajjal) adalah buta matanya sebelah, dan sesungguhnya Tuhan kalian tidak buta sebelah, dan tertulis di antara kedua matanya : KAF – FA’ – RO”, yaitu KAFIR”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 7131, dan Muslim, No Hadits : 2933).
Imam Muslim juga telah meriwayatkan, bahwa tulisan ini dapat dibaca oleh setiap orang mukmin yang bisa menulis maupun yang tidak bisa menulis.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا عَنِ الدَّجَّالِ مَا حَدَّثَ بِهِ نَبِيٌّ قَوْمَهُ، إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّهُ يَجِيءُ مَعَهُ بِمِثَالِ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، فَالَّتِي يَقُولُ إِنَّهَا الْجَنَّةُ هِيَ النَّارُ، وَإِنِّي أُنْذِرُكُمْ كَمَا أَنْذَرَ بِهِ نُوحٌ قَوْمَهُ. {رواه البخاري (٣٣٣٨)، ومسلم (٢٩٣٦)}. صحيح

Dari Abu Hurairah r.a, berkata : Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, bersabda : “Ingat-ingatlah, aku akan membicarakan dengan suatu pembicaraan kepada kalian tentang Ad-Dajjal yang tidak dibicarakan oleh seorang nabi pada kaumnya, sesungguhnya ia adalah buta matanya sebelah, dan sesungguhnya ia akan datang membawa sesuatu yang serupa dengan surga dan neraka, lalu apa yang dia katakan bahwa sesungguhnya ia adalah surga, maka sebenarnya-lah bahwa itu adalah neraka, dan sesungguhnya aku akan memperingatkan kalian sebagaimana Nabi Nuh telah memperingatkannya kepada kaumnya”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 3338, dan Muslim, No Hadits : 2936).
Di dalam hadits-hadits shohih yang lainnya juga telah dijelaskan, bahwa Dajjal itu akan membawa dua sungai yang mengalir. Yang satu sungai berupa air dan yang satunya lagi berupa api. Kemudian Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, juga telah mengingatkan kepada umatnya, bahwa barangsiapa yang menjumpai Dajjal, kemudian ia dipaksa untuk memilih keduanya, maka hendaklah ia memilih nerakanya Dajjal atau apinya karena itu adalah surganya Allah Ta’aala.
d. Dajjal Bertemu Dengan Nabi Khidlir ‘alaihi as-salaam

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثًا طَوِيلاً عَنِ الدَّجَّالِ، فَكَانَ فِيمَا حَدَّثَنَا بِهِ أَنْ قَالَ : يَأْتِي الدَّجَّالُ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْهِ أَنْ يَدْخُلَ نِقَابَ الْمَدِينَةِ، بَعْضَ السِّبَاخِ الَّتِي بِالْمَدِينَةِ، فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ رَجُلٌ هُوَ خَيْرُ النَّاسِ أَوْ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ، فَيَقُولُ : أَشْهَدُ أَنَّكَ الدَّجَّالُ الَّذِي حَدَّثَنَا عَنْكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثَهُ، فَيَقُولُ الدَّجَّالُ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا ثُمَّ أَحْيَيْتُهُ، هَلْ تَشُكُّونَ فِي اْلأَمْرِ؟ فَيَقُولُونَ : لاَ، فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيهِ، فَيَقُولُ حِينَ يُحْيِيهِ : وَاللَّهِ، مَا كُنْتُ قَطُّ أَشَدَّ بَصِيرَةً مِنِّي الْيَوْمَ، فَيَقُولُ الدَّجَّالُ : أَقْتُلُهُ، فَلاَ أُسَلَّطُ عَلَيْهِ.

 رواه البخاري (١٨٨٢)، ومسلم (٢٩٣٨) . وقال مسلم : قَالَ أَبُو إِسْحَاقَ : يُقَالُ إِنَّ هَذَا الرَّجُلَ هُوَ الْخَضِرُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a, berkata : Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, telah berbicara kepada kami dengan suatu pembicaraan yang panjang tentang Dajjal, lalu beberapa yang beliau bicarakan kepada kami, bahwa beliau bersabda : “Dajjal akan datang, sedangkan diharamkan atasnya bila memasuki celah kota Madinah hingga pada sebagian tanah yang nganggur yang berada di Madinah, lalu keluar kepadanya pada waktu itu seorang lelaki yang menjadi sebaik-baiknya manusia atau dari sebaik-baiknya manusia, lalu ia berkata : “Aku bersaksi sesungguhnya kamu adalah Dajjal yang Rasulullah SAW, telah membicarakannya tentang kamu”, lalu Dajjal berkata : “Apa pendapatmu jika aku mampu membunuh orang ini, kemudian aku akan menghidupkannya kembali?, apakah kalian masih ragu-ragu di dalam urusan ini?, lalu mereka berkata : “tidak, lalu ia membunuh orang itu kemudian ia menghidupkannya kembali, lalu lelaki itu berkata tatkala Dajjal telah menghidupkannya : “Demi Allah, tidaklah aku sama sekali lebih yakin dari pada diriku pada hari ini bahwa sesungguhnya kamu adalah Dajjal”, lalu Dajjal berkata : Aku akan membunuhnya lagi, lalu Dajjal tidak dapat menguasai atas dirinya”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 1882, dan Muslim, No Hadits : 2938). Dan Imam Muslim berkata : Abu Ishaq telah berkata : dikatakan bahwa lelaki itu adalah Nabi Khodlir ‘alaihissalaam.
Imam An-Nawawi rahimahullah, berkata : Ini adalah dalil yang jelas tentang Nabi Khodlir ‘alaihissalam, bahwa sesungguhnya beliau itu masih hidup hingga saat ini, dan beliau akan bertemu dengan Dajjal.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فَيَتَوَجَّهُ قِبَلَهُ رَجُلٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، فَتَلْقَاهُ الْمَسَالِحُ مَسَالِحُ الدَّجَّالِ، فَيَقُولُونَ لَهُ : أَيْنَ تَعْمِدُ؟، فَيَقُولُ : أَعْمِدُ إِلَى هَذَا الَّذِي خَرَجَ، فَيَقُولُونَ لَهُ : أَوَ مَاتُؤْمِنُ بِرَبِّنَا؟ فَيَقُولُ : مَا بِرَبِّنَا خَفَاءٌ، فَيَقُولُونَ : أُقْتُلُوهُ! فَيَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : أَلَيْسَ قَدْ نَهَاكُمْ رَبُّكُمْ أَنْ تَقْتُلُوا أَحَدًا دُونَهُ؟ قَالَ : فَيَنْطَلِقُونَ بِهِ إِلَى الدَّجَّالِ، فَإِذَا رَآهُ الْمُؤْمِنُ، قَالَ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ! هَذَا الدَّجَّالُ الَّذِي ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ : فَيَأْمُرُ الدَّجَّالُ بِهِ فَيُشَبَّحُ، فَيَقُولُ : خُذُوهُ وَشُجُّوهُ! فَيُوسَعُ ظَهْرُهُ وَبَطْنُهُ ضَرْبًا، فَيَقُولُ : أَوَ مَا تُؤْمِنُ بِي؟ فَيَقُولُ : أَنْتَ الْمَسِيحُ الْكَذَّابُ، قَالَ : فَيُؤْمَرُ بِهِ فَيُؤْشَرُ بِالْمِئْشَارِ مِنْ مَفْرِقِهِ حَتَّى يُفَرَّقَ بَيْنَ رِجْلَيْهِ، قَالَ : ثُمَّ يَمْشِي الدَّجَّالُ بَيْنَ الْقِطْعَتَيْنِ، ثُمَّ يَقُولُ لَهُ : قُمْ! فَيَسْتَوِي قَائِمًا، ثُمَّ يَقُولُ لَهُ : أَتُؤْمِنُ بِي؟ فَيَقُولُ : مَا ازْدَدْتُ فِيكَ إِلاَّ بَصِيرَةً، ثُمَّ يَقُولُ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ! إِنَّهُ لاَ يَفْعَلُ بَعْدِي بِأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ، قَالَ : فَيَأْخُذُهُ الدَّجَّالُ لِيَذْبَحَهُ، فَيُجْعَلَ مَا بَيْنَ رَقَبَتِهِ إِلَى تَرْقُوَتِهِ نُحَاسًا، فَلاَ يَسْتَطِيعُ إِلَيْهِ سَبِيلاً، قَالَ : فَيَأْخُذُ بِيَدَيْهِ وَرِجْلَيْهِ فَيَقْذِفُ بِهِ فَيَحْسِبُ النَّاسُ أَنَّمَا قَذَفَهُ إِلَى النَّارِ، وَإِنَّمَا أُلْقِيَ فِي الْجَنَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : هَذَا أَعْظَمُ النَّاسِ شَهَادَةً عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ. {رواه مسلم (٢٩٣٨)}. صحيح

Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a, berkata : Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, telah bersabda : “Dajjal akan keluar, lalu ada seorang lelaki dari orang-orang yang beriman menuju kehadapannya, lalu gudang senjatanya Dajjal akan menemuinya, lalu mereka berkata kepadanya : Kemanakah kamu akan menuju?, lalu ia menjawab : Aku akan menuju kepada orang itu yang telah keluar, lalu mereka berkata kepadanya : Apakah kamu tidak beriman kepada Tuhan kami?, lalu ia menjawab : Tidakkah Tuhan kami itu tersembunyi, lalu mereka berkata : Bunuhlah ia!, lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain : Bukankah Tuhan kalian telah melarang kalian bila kalian membunuh seseorang tanpanya?, lalu mereka pergi membawanya kepada Dajjal, lalu tatkala orang yang beriman itu melihat kepadanya, ia berkata : Wahai manusia, inilah Ad-Dajjal yang Rasulullah SAW, telah menyebutkannya, lalu Dajjal menyuruh agar ia dibentangkan perutnya, lalu ia berkata : Tindaklah ia, dan benturkanlah kepalanya, lalu punggungnya dan perutnya di lebarkan dengan suatu pukulan, lalu ia berkata : Apakah kamu tidak beriman kepadaku?, ia menjawab : Kamu adalah Al-Masih Ad-Dajjal sang pendusta, lalu diperintahkan kepadanya agar ia digergaji dengan gergaji dari tengah-tengah kepalanya hingga terbelah di antara kedua kakinya, kemudian Dajjal berjalan di antara dua potongan tubuh itu, kemudian ia berkata kepadanya : Berdirilah!, lalu tiba-tiba tubuh itu berdiri tegak, kemudian ia berkata kepadanya : Apakah kamu beriman kepadaku?, ia menjawab : Tidaklah aku bertambah tentangmu melainkan aku bertambah yakin bahwa kamu adalah Dajjal, kemudian lelaki ituberkata : Wahai manusia, sesungguhnya ia tidak akan berbuat apa-apa setelahku pada seorang pun dari manusia, lalu Dajjal akan menangkapnyaagar ia dapatmenyembelihnya, lalu dijadikanlah di antara lehernya dan kerongkongannya sebuah tembaga, maka Dajjal tidak mampu mendapatkan jalan kepadanya, (perawi) berkata : lalu ia memegang kedua tangannya dan kedua kakinya, lalu ia melemparkannya, maka manusia mengira bahwa Dajjal melemparkannya ke neraka, dan sesungguhnya ia telah dilemparkan ke dalam surga. Lalu Rasulullah SAW, bersabda : “Itulah seagung-agungnya manusia berupa kesyahidannya di sisi Tuhan semesta alam”. (H.R. Muslim, No Hadist : 2938).

e. Lamanya Ad-Dajjal Di Muka Bumi
Al-Masih Ad-Dajjal akan membikin kerusakan di muka bumi selama “Empat puluh hari”, yang lamanya sebanding dengan 439 (empat ratus tiga puluh sembilan) hari. Karena yang satu hari seperti satu tahun, dan yang satu hari lagi seperti satu bulan, dan satu hari kemudian seperti satu Jum’at, lalu sisanya hari-harinya itu seperti hari-hari biasa.
Di dalam sebuah hadits yang panjang, Imam Muslim rahimahullah, telah meriwayatkan :

عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدَّجَّالَ ذَاتَ غَدَاةٍ، فَخَفَّضَ فِيهِ وَرَفَّعَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ، فَلَمَّا رُحْنَا إِلَيْهِ عَرَفَ ذَلِكَ فِينَا، فَقَالَ : مَا شَأْنُكُمْ؟ قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ! ذَكَرْتَ الدَّجَّالَ غَدَاةً

الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَيْكُمْ، إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيكُمْ، فَأَنَا حَجِيجُهُ دُونَكُمْ، وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيكُمْ فَامْرُؤٌ حَجِيجُ نَفْسِهِ، وَاللَّهُ خَلِيفَتِي عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ، إِنَّهُ شَابٌّ قَطَطٌ، عَيْنُهُ طَافِئَةٌ، كَأَنِّي أُشَبِّهُهُ بِعَبْدِ الْعُزَّى بْنِ قَطَنٍ، فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ

سُورَةِ الْكَهْفِ، إِنَّهُ خَارِجٌ خَلَّةً بَيْنَ الشَّامِ وَالْعِرَاقِ، فَعَاثَ يَمِينًا وَعَاثَ شِمَالاً، يَا عِبَادَ اللَّهِ! فَاثْبُتُوا، قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ! وَمَا لَبْثُهُ فِي اْلأَرْضِ؟ قَالَ : أَرْبَعُونَ يَوْمًا، يَوْمٌ كَسَنَةٍ، وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ، وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ، وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ، قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ! فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ، أَتَكْفِينَا فِيهِ صَلاَةُ يَوْمٍ؟ قَالَ : لاَ، أُقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ، قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ! وَمَا إِسْرَاعُهُ فِي اْلأَرْضِ؟ قَالَ : كَالْغَيْثِ اسْتَدْبَرَتْهُ الرِّيحُ، فَيَأْتِي عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوهُمْ فَيُؤْمِنُونَ بِهِ، وَيَسْتَجِيبُونَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ، وَاْلأَرْضَ فَتُنْبِتُ فَتَرُوحُ عَلَيْهِمْ سَارِحَتُهُمْ أَطْوَلَ مَا كَانَتْ ذُرًا وَأَسْبَغَهُ ضُرُوعًا وَأَمَدَّهُ خَوَاصِرَ، ثُمَّ يَأْتِي الْقَوْمَ فَيَدْعُوهُمْ فَيَرُدُّونَ عَلَيْهِ قَوْلَهُ، فَيَنْصَرِفُ عَنْهُمْ فَيُصْبِحُونَ مُمْحِلِينَ لَيْسَ بِأَيْدِيهِمْ شَيْءٌ مِنْ أَمْوَالِهِمْ، وَيَمُرُّ بِالْخَرِبَةِ فَيَقُولُ لَهَا : أَخْرِجِي كُنُوزَكِ! فَتَتْبَعُهُ كُنُوزُهَا كَيَعَاسِيبِ النَّحْلِ، ثُمَّ يَدْعُو رَجُلاً مُمْتَلِئًا شَبَابًا، فَيَضْرِبُهُ

بِالسَّيْفِ فَيَقْطَعُهُ جَزْلَتَيْنِ رَمْيَةَ الْغَرَضِ، ثُمَّ يَدْعُوهُ فَيُقْبِلُ وَيَتَهَلَّلُ وَجْهُهُ يَضْحَكُ، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ، فَيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبَيْضَاءِ شَرْقِيَّ دِمَشْقَ بَيْنَ مَهْرُودَتَيْنِ وَاضِعًا كَفَّيْهِ عَلَى أَجْنِحَةِ مَلَكَيْنِ، إِذَا طَأْطَأَ رَأْسَهُ قَطَرَ، وَإِذَا رَفَعَهُ

تَحَدَّرَ مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤِ، فَلاَ يَحِلُّ لِكَافِرٍ يَجِدُ رِيحَ نَفَسِهِ إِلاَّ مَاتَ، وَنَفَسُهُ يَنْتَهِي حَيْثُ يَنْتَهِي طَرْفُهُ، فَيَطْلُبُهُ حَتَّى يُدْرِكَهُ بِبَابِ لُدٍّ فَيَقْتُلُهُ، ثُمَّ يَأْتِي عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ قَوْمٌ قَدْ عَصَمَهُمُ اللَّهُ مِنْهُ، فَيَمْسَحُ عَنْ وُجُوهِهِمْ وَيُحَدِّثُهُمْ بِدَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَوْحَى اللَّهُ إِلَى عِيسَى : إِنِّي قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِي لاَ يَدَانِ لِأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ، فَحَرِّزْ عِبَادِي إِلَى الطُّورِ! وَيَبْعَثُ اللَّهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ، فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا، وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ : لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ، وَيُحْصَرُ نَبِيُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ حَتَّى يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لِأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ دِينَارٍ لِأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ، فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ، فَيُرْسِلُ اللَّهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفَ فِي رِقَابِهِمْ، فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ، ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اْلأَرْضِ، فَلاَ يَجِدُونَ فِي اْلأَرْضِ

مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلاَّ مَلَأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ، فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللَّهِ، فَيُرْسِلُ اللَّهُ طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ، فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ مَطَرًا لاَ يَكُنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ وَلاَ وَبَرٍ، فَيَغْسِلُ اْلأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزَّلَفَةِ، ثُمَّ يُقَالُ لِلْأَرْضِ : أَنْبِتِي ثَمَرَتَكِ، وَرُدِّي بَرَكَتَكِ! فَيَوْمَئِذٍ تَأْكُلُ الْعِصَابَةُ مِنَ الرُّمَّانَةِ، وَيَسْتَظِلُّونَ بِقِحْفِهَا، وَيُبَارَكُ فِي الرِّسْلِ حَتَّى أَنَّ اللِّقْحَةَ مِنَ اْلإِبِلِ لَتَكْفِي الْفِئَامَ مِنَ النَّاسِ، وَاللِّقْحَةَ مِنَ الْبَقَرِ لَتَكْفِي الْقَبِيلَةَ مِنَ النَّاسِ، وَاللِّقْحَةَ مِنَ الْغَنَمِ لَتَكْفِي الْفَخِذَ مِنَ النَّاسِ، فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ رِيحًا طَيِّبَةً، فَتَأْخُذُهُمْ تَحْتَ آبَاطِهِمْ، فَتَقْبِضُ رُوحَ كُلِّ مُؤْمِنٍ وَكُلِّ مُسْلِمٍ، وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ، فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ. {رواه مسلم (٢٩٣٧)}. صحيح

Dari An-Nawwas bin Sam’an r.a, berkata : Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, menyebut Dajjal pada suatu pagi, lalu beliau merendahkan di dalamnya dan juga meninggikannya, sehingga kami mengiranya berada di dalam rimbunan pohon kurma, lalu tatkala kami datang kepada beliau, beliau mengenali hal itu di dalam diri kami, lalu beliau bersabda : Apakah yang kalian inginkan?, kami berkata : Wahai Rasulullah, engkau telah menyebut Dajjal pada suatu pagi, lalu engkau merendahkan di dalamnya dan engkau juga meninggikannya, sehingga kami mengiranya berada dalam rimbunan pohon kurma, lalu beliau bersabda : “Bukan Dajjal yang aku takutkan atas kalian jika ia keluar sedangkan aku berada di tengah-tengah kalian, maka akulah yang mengalahkannya tanpa kalian, dan jika ia keluar sedangkan aku tidak berada di tengah-tengah kalian, maka seseorang mengalahkan dirinya sendiri, dan Allah adalah penggantiku atas tiap-tiap orang Islam, sesungguhnya ia (Dajjal) itu adalah seorang pemuda yang sangat keriting rambunya (kribo), matanya yang kiri menonjol keluar, seolah-olah aku menyerupakan ia dengan Abdul ‘Uzza bin Qothon, barangsiapa yang mendapatinya dari kalian, maka hendaklah ia membaca pembukaannya surat Al-Kahfi, sesungguhnya ia akan keluar di antara negeri Syam dan Irak, lalu ia akan membuat kerusakan di kiri dan kanan. Wahai hamba Allah, tetaplah kalian!, kami berkata : Wahai Rasulullah!, berapa lamakah menetapnya ia di muka bumi?, beliau bersabda : “Empat puluh hari”, satu hari seperti satu tahun, dan satu hari seperti satu bulan, dan satu hari seperti satu Jum’at, lalu sisanya hari-harinya itu seperti hari-hari kalian, kami berkata : Wahai Rasulullah!, itu satu hari yang seperti satu tahun, apakah sholat sehari mencukupi kami di dalamnya?, beliau menjawab : “Tidak, kira-kirakanlah pada seukurannya!, kami berkata : Wahai Rasulullah! bagaimanakah kecepatannya di muka bumi?, beliau menjawab : seperti hujan yang diterpa angin, lalu ia mendatangi suatu kaum dan mengajak mereka, lalu mereka beriman kepadanya dan mereka memenuhi ajakannya, lalu ia memerintahkan langit, maka langsung turun hujan, dan ia memerintahkan bumi, maka langsung tumbuh tanaman lalu hewan ternak mereka pergi ke padang rumput mereka yang lebih panjang dari pada punuknya dan air susunya melimpah, dan temboloknya penuh berisi makanan, kemudian ia datang kepada suatu kaum, lalu ia mengajak kepada mereka, lalu mereka menolak perkataannya kepadanya, lalu ia berpaling dari mereka, lalu mereka masuk waktu pagi dalam keadaan pucat, tidak ada di tangan mereka sesuatupun dari harta mereka, dan ia melewati lubang, lalu ia berkata kepada lubang itu : Keluarkanlah gudang hartamu!, lalu gudang harta itu mengikutinya seperti lebah mengikuti pejantannya, kemudian ia memanggil seorang lelaki yang penuh dengan kemudahan, lalu ia memukulnya dengan pedang, lalu ia memotongnya menjadi dua bagian sejauh lemparan anak panah, kemudian ia memanggilnya, lalu ia menghadap dan wajahnya bercahaya sedang tertawa, lalu tatkala ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah mengutus Nabi Isa bin Maryam ‘alaihissalaam, maka beliau turun dari atas menara putih sebelah Timur kota Damsyiq, di antara dua Mahrud dalam keadaan meletakkan kedua telapak tangannya di atas sayap kedua malaikat. Apabila ia menundukkan kepalanya maka meneteskan air, dan apabila ia mengangkat kepalanya maka bercucuran darinya berupa benih-benih air seperti mutiara, maka tidak halal bagi orang kafir yang mendapatkan bahu dirinya melainkan ia akan mati, dan jiwanya akan habis sekiranya habis ujungnya, lalu beliau akan mencari Dajjal hingga beliau mendapatkannya di pintu Lud (Baitul Maqdis), lalu beliau akan membunuh Dajjal. Kemudian Nabi Isa bin Maryam akan mendatangi suatu kaum yang Allah telah menjaganya dari Dajjal, lalu beliau mengusap rasa ketakutan dari wajah-wajah mereka, kemudian beliau bercerita kepada mereka tentang derajat mereka di dalam surga. Lalu tatkala beliau dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah memberikan wahyu kepada Nabi Isa ‘alaihissalaam, : “Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan beberapa hamba untuk-Ku, yang tidak kuasa seorang-pun untuk membunuh mereka, maka bentengilah hamba-hamba-Ku itu ke gunung Thur. Lalu Allah mengirimkan Ya’juj dan Ma’juj, sedangkan mereka dari tiap-tiap tempat yang tinggi akan meluncur dengan cepat. Lalu kelompok yang pertama dari mereka akan melewati Danau Tiberia, lalu mereka akan meminum apa-apa yang berada di dalamnya. Dan kelompok yang terakhir dari mereka akan melewatinya pula, lalu mereka akan berkata : Sungguh di sini pernah ada airnya. Sedangkan Nabi Isa dan teman-temannya akan dikurung, sehingga adanya satu kepala sapi jantan bagi mereka itu lebih baik dari pada seratus dinar bagi kalian pada hari itu. Lalu Nabi Isa dan teman-temannya memohon kepada Allah, maka Allah mengutus ulat atau cacing pita kepada mereka di dalam leher-leher mereka (Ya’juj dan Ma’juj), lalu pada waktu paginya mereka terkapar mati seperti kematianya satu jiwa. Kemudian Nabi Isa dan teman-temannya turun ke bumi, lalu mereka tidak mendapatkan di muka bumi satu tempat sejengkal-pun melainkan telah penuh dengan bau busuk mereka dan bau bangkai mereka. Lalu Nabi Isa dan teman-temannya memohon kepada Allah, lalu Allah mengutus seekor burung seperti leher keberuntungan, lalu burung itu membawa mereka, lalu melemparkannya di mana saja yang telah Allah kehendaki. Kemudian Allah mengirimkan hujan yang tidak ada dari suatu rumah yang terbuat dari tanah maupun terbuat dari bulu, lalu Dia mencuci bumi sehingga meninggalkannya dalam keadaan bersih mengkilap. Kemudian dikatakan kepada bumi : Tumbuhkanlah buah-buahanmu!, dan kembalikanlah keberkahanmu!, maka pada hari itu sekumpulan orang makan dari buah delima, dan mereka bernaung di bagian dalam kulitnya, dan diberkahi di dalam air susunya, sehingga satu puting susu unta mencukupi untuk sekumpulan besar dari manusia, dan satu puting susu dari sapi mencukupi satu kabilah dari manusia, dan satu puting susu dari kambing mencukupi satu keluarga dari manusia. Lalu tatkala mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah mengirimkan angin yang berbau harum, lalu angin itu mengambil mereka di bawah ketiak mereka, lalu dengan angin itu Allah mencabut nyawanya tiap-tiap orang yang beriman dan tiap-tiap orang Islam, lalu tersisalah seburuk-buruknya manusia, mereka bersetubuh di dalamnya dengan persetubuhannya keledai (seks bebas seperti layaknya persetubuhannya keledai), maka kepada merekalah terjadinya kiamat”. (H.R. Muslim, No Hadits : 2937).
f. Berlindung Dari Fitnahnya Dajjal
Di dalam hadits tersebut telah dijelaskan, bahwa barangsiapa yang bertemu dengan Dajjal kemudian ia membaca pembukaan surat Al-Kahfi, maka ia terhindar dari Dajjal. Dan di dalam hadits-hadits shohih yang lainnya juga dijelaskan bahwa hendaknya ia menghafal sepuluh ayat yang pertama atau sepuluh ayat yang terakhir dari surat Al-Kahfi.
Dan Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, juga telah mengajarkan do’a masyhur yang dibaca di dalam sholat setelah membaca tasyahud akhir dan sebelum salam.
Dan salah satu do’a tersebut adalah riwayat dari ‘Aisyah r.a, berkata : Sesungguhnya Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, berdo’a di dalam sholatnya :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ. {رواه البخاري (٨٣٢)، ومسلم (٥٨٩)، وأبو داود (٨٨٠)، والنسائي (١٣٠٥)}. صحيح

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnahnya Al-Masih Ad-Dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnahnya kehidupan dan kematian, Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan hutang”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 832, dan Muslim, No Hadits : 589, dan Abu Dawud, No Hadits : 880, dan An-Nasa’i, No Hadits : 1305).
Perlu diketahui, bahwa Imam Ibnu Majah rahimahullah, telah meriwayatkan, sesungguhnya sebelum keluarnya Dajjal akan ada kehidupan yang sangat sulit selama tiga tahun. Pada waktu itu akan terjadi masa-masa kelaparan melanda di mana-mana. Allah Ta’aala, akan memerintahkan kepada langit agar tidak menurunkan hujan, dan memerintahkan kepada bumi agar tidak menumbuhkan tanamannya. Dan anehnya pada waktu itu bacaan Tahlil, Takbir, Tasbih, dan Tahmid akan mampu menggantikan makanan, sehingga barangsiapa yang membacanya, maka ia tidak akan merasa kelaparan. Wallahu A’lam.
Tulisan ini kami ambil dari buku susunan kami sendiri yang berjudul “Sabda Rasulullaah Shollallaah ‘alaih wa sallam tentang Tanda-tanda Kiamat”
Catatan dari Kyai Dawam Mu’allim

AKIDAH ALA BADUI

Rabu Wage malam Kamis Kliwon tepat tengah malam, ustadz Sukijo As-Salaf dengan diantar Sukiran bin Sukirin menemui Guru Sufi yang sedang duduk-duduk di teras mushola bersama Sufi Majnun, Sufi tua, Sufi  Sudrun, dan Dullah. Sekalipun kepada Sukiran  menyatakan ingin “mengaji” kepada Guru Sufi, namun ustadz Sukijo As-Salaf tidak sedikit pun berkenan mundur dari prinsip-prinsip ajaran yang sudah diyakininya. Demikianlah, dalam perbincangan sepintas yang dihangatkan ceramah Sufi tua tentang keabsahan  menta’wil Al-Qur’an, telah dijadikan senjata ampuh bagi ustadz Sukijo As-Salaf  untuk  mengecam ajaran sufisme sebagai ajaran sesat karena kegemaran kaum sufi menta’wil Al-Qur’an.
   Dengan garang  ustadz Sukijo As-Salaf  mengecam Sufi tua yang menta’wil  Surah Thaha ayat 5 “al-Rahmaan ‘ala al-‘Arsy istawa” sebagai suatu tindak  kesesatan yang nyata. “Ayat ini jelas bermakna al-Rahman itu bersemayam di Arsy. Bagaimana ada ta’wil bahwa al-Rahman tidak bertempat? Itu sama dengan menyatakan Allah tidak ada,” kata ustadz Sukijo As-Salaf.
   “Anda tahu tidak apa itu definisi tempat?” sahut Dullah mewakili Sufi tua yang diam tak menanggapi kecaman ustadz Sukijo As-Salaf,”Tempat adalah sesuatu yang ada setelah adanya ciptaan. Padahal, Allah sudah Ada sebelum ada ciptaan. Allah itu memiliki sifat mukhalafatuhu lil hawaditsi, yaitu wajib tidak menyerupai makhluk ciptan-Nya. Jadi menyatakan Allah berkedudukan di sebuah tempat itu menyalahi prinsip akidah. Itu sebabnya, ayat “al-Rahman ‘ala al-‘Arsy istawa” itu harus dita’wil supaya tidak membawa kesesatan.”
    “Tidak bisa,” sergah ustadz Sukijo As-Salaf bertahan,”Apa pun alasannya, menta’wil Qur’an adalah sesat. Itu hanya dilakukan oleh orang tidak beriman.”
    “Tahukah Anda wahai ustadz Sukijo,” tukas Sufi Sudrun sambil garuk-garuk kepala,”Bahwa al-Imam al-Bukhari sang perawi hadits telah memberikan ta’wil atas Qur’an Surah Al-Qashash  ayat 88  “kullu syai’in halikun illa wajhahu”,  memaknai kata wajhahu (wajah-Nya) dengan mulkahu (kekuasaan-Nya)? Bagaimana itu menurut ustadz?”
    “Al-Imam al-Bukhari sesungguhnya telah sesat dengan ta’wil itu,” kata ustadz Sukijo As-Salaf,”Sebab syaikh kami, yaitu Syaikh Al-Albani telah menegaskan bahwa dengan ta’wil atas ayat Al-Qur’an itu, al-Imam al-Bukhari telah melakukan tindakan yang tidak patut dilakukan orang iman.”
    “Bagaimana dengan Surah Al-Baqarah ayat 115 “fa’ainamaa tuwallu fatsamma wajhullah” apakah tidak perlu ta’wil?” tanya Sufi tua.
    “Sebagaimana sudah saya tegaskan, bahwa Al-Qur’an tidak boleh dita’wil!”
    “Jadi apa  makna dari ayat “fa’ainamaa tuwallu fatsamma wajhullah?” tanya Sufi tua.
“Maknanya, ke mana pun engkau menghadap, di sanalah wajah Allah,” sahut ustadz Sukijo As-Salaf ketus.
“Jadi kata wajhullah (wajah Allah)  tidak perlu dita’wil ya?” tanya Sufi tua ketawa.
“Tidak perlu ta’wil. Titik,” tukas ustadz Sukijo As-Salaf.
    “Bagaimana dengan surah Az-Zumar ayat 67 “wal ardhu  jamii’a qabdlotuhu yaumal qiyaamati wa samaawaatu muthwiyyaatun biyamiinihi” apakah maknanya yang benar dan apakah tidak perlu  dita’wil juga?” tanya Dullah minta penjelasan.
    “Makna ayat “wal ardhu jamii’a qabdlotuhu yaumal qiyaamati wa samaawaatu muthwiyyaatun biyamiinihi” adalah “dan bumi seutuhnya dalam genggaman-Nya dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya”. Itu tidak perlu ta’wil. Titik,” sahut ustadz Sukijo As-Salaf tegas.
     “Mohon tanya al-ustadz, saya kurang pintar bahasa Arab,” kata Guru Sufi mendadak melontarkan pertanyaan,”Apa ya kira-kira makna Ka’batullah, yaitu batu segi empat di Makkah  yang kita jadikan kiblat dan kita jadikan arah pesujudan dalam shalat?”
    “Ee maksudnya apa?” tanya ustadz Sukijo As-Salaf tergagap.
    “Makna Ka’batullah,” kata Guru Sufi menjelaskan,”Maksudnya, makna Ka’bah itu apa dan Allah itu apa dalam rangkaian kata Ka’batullah?
    “Seingat saya, Ka’ba – Ki’aaba  itu artinya mata kaki,” kata ustadz Sukijo.
“Jadi Ka’batullah itu apa bisa dimaknai “Mata Kaki Allah” di mana manusia harus menyembah, begitukah kira-kira maknanya ustadz?” tanya Guru Sufi minta penjelasan.
“Bisa saja dimaknai begitu,” kata ustadz Sukijo.
    “Bagaimana kalau kata Ka’batullah itu dipungut dari kata Ka’aba  yang bermakna tetek atau susu, apakah itu harus bermakna tetek Tuhan?; Bagaimana pula jika kata itu dipungut dari kata Ka’abati – Ki’abatan  yang bermakna gadis montok, apakah boleh dimaknai Tuhan itu serupa gadis montok?; dan bagaimana pula jika kata itu  dipungut dari kata Ka’aba yang bermakna segi empat, apakah boleh dimaknai Tuhan itu segi empat wujudnya; mana kira-kira yang benar dari kata Ka’ba untuk Ka’batullah, wahai  ustadz?” tanya Dullah.
    “Pertanyaan Anda itu haram hukumnya karena Tuhan tidak boleh dibanding-bandingkan dan diserupakan dengan sesuatu dari makhluk-Nya,” kata ustadz Sukijo bersungut-sungut.
    “Lho ustadz tadi bilang Al-Qur’an tidak boleh dita’wil, sekarang Ka’bah pun tidak boleh dimaknai sesuai makna konotasi kita, bagaimana ini?” kata Dullah heran dengan jalan pikiran ustadz Sukijo As-Salaf.
    “Sudahlah Dul,” sahut Sufi tua menyela,”Ustadz kita ini benar sekali ketika melarang kita menta’wil Al-Qur’an. Sebab, beliau itu berpikir dengan cara tekstual sesuai makna kata denotasi.”
    “Maksudnya bagaimana, pakdhe?” tanya Dullah ingin tahu.
    “Ayat 5 surah Thaha “al-Rahmaan ‘ala al-‘Arsy istawa” dimaknai “Tuhan benar-benar bersemayam di tempat yang disebut ‘Arsy”; al-Rahman itu dimaknai juga sebagai “Tuhan” yang punya wajah sebagaimana ayat  115 surah Al-Baqarah “fa’ainamaa tuwallu fatsamma wajhullah”  dan ayat 88 surah al-Qashash “kullu syai’in halikun illa wajhahu”; al-Rahman juga dimaknai tanpa ta’wil sebagai “Tuhan” yang punya tangan sebagaimana ayat 67 surah Az-Zumar “wal ardhu  jamii’a qabdlotuhu yaumal qiyaamati wa samaawaatu muthwiyyaatun biyamiinihi”; dan sekarang ustadz Sukijo ini malah memaknai kata Ka’batullah dengan “mata kaki Allah” yang tak perlu dita’wil; sungguh, akidah kita sudah sangat berbeda dengan akidah ustadz Sukijo As-Salaf ini,” sahut Sufi tua.
    “Anda jangan menta’wilkan apa yang saya pikirkan tentang makna Qur’ani dari ayat-ayat yang kita bahas tadi!” sergah ustadz Sukijo As-Salafi marah.
    “Justru saya mengikuti petunjuk ustadz, tidak menta’wil apa pun, tapi  yang muncul justru makna riil dari ayat-ayat Al-Qur’an itu sebagaimana sudah saya kemukakan, yaitu Allah bertempat, berwajah, bertangan, dan bermata kaki seperti makhluk,” kata Sufi tua.
    “Sudah, sudah,” kata Sufi Majnun menengahi,”Tidak perlu ribut. Semua orang punya hak memaknai ajaran agama sesuai kapasitas dan kemampuan masing-masing; orang badui, silahkan memahami agama secara badui dan jangan sekali-kali memaksa kaum beradab kota untuk mengikuti cara pandang dan cara menalar badui. Sebaliknya, orang kota juga silahkan memahami agama secara orang kota dan jangan pernah mengajak-ajak badui untuk mengikuti cara menalar orang kota; sungguh, sejatinya Nabi Muhammad Saw itu adalah orang kelahiran  kota Makkah dan kemudian hijrah ke kota Madinah sampai wafatnya, jadi kalian wahai orang kota, ikutilah jalan agama Islam menurut contoh pembawanya, yaitu orang kota bernama Muhammad Saw.”
    Ustadz Sukijo As-Salaf berdiri dengan wajah merah padam. Lalu tanpa pamit, ia meninggalkan para sufi yang ketawa-ketiwi sambil geleng-geleng kepala karena tidak bisa mengikuti alur pemikiran ustadz Sukijo As-Salaf yang sangat baduistis.
Cerita Ringan oleh: Agus Sunyoto