Senin, 05 Desember 2011

KABAR TENTANG AL-MASIH AD-DAJJAL


a. Siapakah Al-Masih Ad-Dajjal itu?

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَمْكُثُ أَبُو الدَّجَّالِ وَأُمُّهُ ثَلاَثِينَ عَامًا لاَ يُولَدُ لَهُمَا وَلَدٌ، ثُمَّ يُولَدُ لَهُمَا غُلاَمٌ أَعْوَرُ، أَضَرُّ شَيْءٍ وَأَقَلُّهُ مَنْفَعَةً، تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلاَ يَنَامُ قَلْبُهُ، ثُمَّ نَعَتَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبَوَيْهِ، فَقَالَ : أَبُوهُ طِوَالٌ ضَرْبُ اللَّحْمِ كَأَنَّ أَنْفَهُ مِنْقَارٌ، وَأُمُّهُ فِرْضَاخِيَّةٌ طَوِيلَةُ الْيَدَيْنِ.  رواه الترمذي  ٢٢٤٨

Dari Abu Bakrah r.a, berkata : Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, bersabda : “Bapak dan ibunya Dajjal menetap selama tiga puluh tahun tidak dilahirkan seorang anak-pun untuk keduanya, kemudian dilahirkan bagi keduanya seorang anak lelaki yang bermata satu, lagi sebahaya-bahanya sesuatu dan sedikit-dikitnya sesuatu yang bermanfaat, kedua matanya tidur, akan tetapi hatinya tidak tidur, kemudian Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, mensifati kedua orang tuanya untuk kami, lalu beliau bersabda : “Bapaknya berpostur tinggi, terkoyak-koyak kulitnya, seolah-olah hidungnya paruh burung, dan ibunya adalah seorang wanita yang bertubuh besar, panjang kedua tangannya”. (H.R. At-Tirmidzi, No Hadits : 2248).
b. Dimanakah Ad-Dajjal sekarang ini?
Dajjal sekarang ini disembunyikan oleh Allah Ta’aala, di suatu pulau terpencil dalam keadaan terikat, sebagaimana keterangan hadits panjang berikut ini :

عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتَ قَيْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : جَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ، وَهُوَ يَضْحَكُ، فَقَالَ : لِيَلْزَمْ كُلُّ إِنْسَانٍ مُصَلاَّهُ، ثُمَّ قَالَ : أَتَدْرُونَ لِمَ جَمَعْتُكُمْ؟ قَالُوا : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : إِنِّي وَاللَّهِ، مَا جَمَعْتُكُمْ لِرَغْبَةٍ وَلاَ لِرَهْبَةٍ وَلَكِنْ جَمَعْتُكُمْ لِأَنَّ تَمِيمًا الدَّارِيَّ كَانَ رَجُلاً نَصْرَانِيًّا، فَجَاءَ فَبَايَعَ وَأَسْلَمَ، وَحَدَّثَنِي حَدِيثًا وَافَقَ الَّذِي كُنْتُ أُحَدِّثُكُمْ عَنْ مَسِيحِ الدَّجَّالِ، حَدَّثَنِي أَنَّهُ رَكِبَ فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ مَعَ ثَلاَثِينَ رَجُلاً مِنْ لَخْمٍ وَجُذَامَ، فَلَعِبَ بِهِمُ الْمَوْجُ شَهْرًا فِي الْبَحْرِ، ثُمَّ أَرْفَئُوا إِلَى جَزِيرَةٍ فِي الْبَحْرِ حَتَّى مَغْرِبِ الشَّمْسِ، فَجَلَسُوا فِي أَقْرُبِ السَّفِينَةِ، فَدَخَلُوا الْجَزِيرَةَ، فَلَقِيَتْهُمْ دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ، لاَ يَدْرُونَ مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ، فَقَالُوا : وَيْلَكِ مَا أَنْتِ؟ فَقَالَتْ : أَنَا الْجَسَّاسَةُ، قَالُوا : وَمَا الْجَسَّاسَةُ؟ قَالَتْ : أَيُّهَا الْقَوْمُ، إِنْطَلِقُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ! فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِاْلأَشْوَاقِ، قَالَ : لَمَّا سَمَّتْ لَنَا رَجُلاً فَرِقْنَا مِنْهَا أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً، قَالَ : فَانْطَلَقْنَا سِرَاعًا حَتَّى دَخَلْنَا الدَّيْرَ فَإِذَا فِيهِ أَعْظَمُ إِنْسَانٍ، رَأَيْنَاهُ قَطُّ خَلْقًا وَأَشَدُّهُ وِثَاقًا مَجْمُوعَةٌ يَدَاهُ إِلَى عُنُقِهِ مَا بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى كَعْبَيْهِ بِالْحَدِيدِ، قُلْنَا : وَيْلَكَ، مَا أَنْتَ؟

قَالَ : قَدْ قَدَرْتُمْ عَلَى خَبَرِي، فَأَخْبِرُونِي مَا أَنْتُمْ؟ قَالُوا : نَحْنُ أُنَاسٌ مِنَ الْعَرَبِ، رَكِبْنَا فِي سَفِينَةٍ بَحْرِيَّةٍ فَصَادَفْنَا الْبَحْرَ حِينَ اغْتَلَمَ، فَلَعِبَ بِنَا الْمَوْجُ شَهْرًا، ثُمَّ أَرْفَأْنَا إِلَى جَزِيرَتِكَ هَذِهِ، فَجَلَسْنَا فِي أَقْرُبِهَا، فَدَخَلْنَا الْجَزِيرَةَ، فَلَقِيَتْنَا دَابَّةٌ أَهْلَبُ كَثِيرُ الشَّعَرِ لاَ يُدْرَى مَا قُبُلُهُ مِنْ دُبُرِهِ مِنْ كَثْرَةِ الشَّعَرِ، فَقُلْنَا : وَيْلَكِ مَا أَنْتِ؟ فَقَالَتْ : أَنَا الْجَسَّاسَةُ، قُلْنَا : وَمَا الْجَسَّاسَةُ؟ قَالَتْ : إِعْمِدُوا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فِي الدَّيْرِ! فَإِنَّهُ إِلَى خَبَرِكُمْ بِاْلأَشْوَاقِ، فَأَقْبَلْنَا إِلَيْكَ سِرَاعًا وَفَزِعْنَا مِنْهَا وَلَمْ نَأْمَنْ أَنْ تَكُونَ شَيْطَانَةً، فَقَالَ : أَخْبِرُونِي، عَنْ نَخْلِ بَيْسَانَ! قُلْنَا : عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ؟ قَالَ : أَسْأَلُكُمْ عَنْ نَخْلِهَا، هَلْ يُثْمِرُ؟ قُلْنَا لَهُ : نَعَمْ، قَالَ : أَمَا إِنَّهُ يُوشِكُ أَنْ لاَ تُثْمِرَ، قَالَ : أَخْبِرُونِي عَنْ بُحَيْرَةِ الطَّبَرِيَّةِ! قُلْنَا : عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ؟ قَالَ : هَلْ فِيهَا مَاءٌ؟ قَالُوا : هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ، قَالَ : أَمَا إِنَّ مَاءَهَا يُوشِكُ أَنْ يَذْهَبَ، قَالَ : أَخْبِرُونِي عَنْ عَيْنِ زُغَرَ! قَالُوا : عَنْ أَيِّ شَأْنِهَا تَسْتَخْبِرُ؟ قَالَ : هَلْ فِي الْعَيْنِ مَاءٌ، وَهَلْ يَزْرَعُ أَهْلُهَا بِمَاءِ الْعَيْنِ؟ قُلْنَا لَهُ : نَعَمْ، هِيَ كَثِيرَةُ الْمَاءِ وَأَهْلُهَا يَزْرَعُونَ مِنْ مَائِهَا، قَالَ : أَخْبِرُونِي عَنْ نَبِيِّ اْلأُمِّيِّينَ! مَا فَعَلَ؟ قَالُوا : قَدْ خَرَجَ مِنْ مَكَّةَ وَنَزَلَ يَثْرِبَ،

قَالَ : أَقَاتَلَهُ الْعَرَبُ؟ قُلْنَا : نَعَمْ، قَالَ : كَيْفَ صَنَعَ بِهِمْ؟ فَأَخْبَرْنَاهُ : أَنَّهُ قَدْ ظَهَرَ عَلَى مَنْ يَلِيهِ مِنَ الْعَرَبِ وَأَطَاعُوهُ، قَالَ لَهُمْ : قَدْ كَانَ ذَلِكَ؟ قُلْنَا : نَعَمْ، قَالَ : أَمَا إِنَّ ذَاكَ خَيْرٌ لَهُمْ أَنْ يُطِيعُوهُ، وَإِنِّي مُخْبِرُكُمْ عَنِّي، إِنِّي أَنَا الْمَسِيحُ، وَإِنِّي أُوشِكُ أَنْ يُؤْذَنَ لِي فِي الْخُرُوجِ، فَأَخْرُجَ فَأَسِيرَ فِي اْلأَرْضِ فَلاَ أَدَعَ قَرْيَةً إِلاَّ هَبَطْتُهَا فِي أَرْبَعِينَ لَيْلَةً غَيْرَ مَكَّةَ وَطَيْبَةَ فَهُمَا مُحَرَّمَتَانِ عَلَيَّ، كِلْتَاهُمَا كُلَّمَا أَرَدْتُ أَنْ أَدْخُلَ وَاحِدَةً أَوْ وَاحِدًا مِنْهُمَا إِسْتَقْبَلَنِي مَلَكٌ بِيَدِهِ السَّيْفُ صَلْتًا يَصُدُّنِي عَنْهَا، وَإِنَّ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلاَئِكَةً يَحْرُسُونَهَا، قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَطَعَنَ بِمِخْصَرَتِهِ فِي الْمِنْبَرِ : هَذِهِ طَيْبَةُ، هَذِهِ طَيْبَةُ، هَذِهِ طَيْبَةُ، يَعْنِي الْمَدِينَةَ. {رواه مسلم (٢٩٤٢)}. في صحيحه

Dari Fathimah binti Qais r.a, berkata : “Rasulullah duduk di atas mimbar, dan beliau tertawa, lalu beliau bersabda : “Hendaklah tetap masing-masing manusia di tempat sholatnya!, kemudian beliau bersabda : “Apakah kalian tahu mengapa aku mengumpulkan kalian?, mereka menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu, beliau bersabda : Sesungguhnya aku, demi Allah tidak mengumpulkan kalian karena suatu kegembiraan atau suatu ketakutan, akan tetapi aku mengumpulkan kaliankarena sesungguhnya Tamim Ad-Dari seorang lelaki Nasrani telah datang kepadaku, lalu ia berba’iat dan masuk agama Islam, dan ia berbicara kepadaku dengan suatupembicaraan yang sesuai dengan apa yang telah aku bicarakan kepada kalian tentang Masih Ad-Dajjal. Ia bercerita kepadaku, sesungguhnya ia telah naik perahu di lautan beserta tiga puluh orang laki-laki dari suku Lakham dan Judzam, lalu ombak mengombang-ambingkan mereka selama satu bulan di lautan, kemudian mereka terdampar ke suatu pulau di tengah laut hingga matahari tenggelam, lalu mereka duduk di suatu tempat yang dekat dengan perahu, lalu mereka memasuki pulau itu, lalu ada seekor binatang yang kasar rambutnya lagi lebat bulunya menemui mereka, dan mereka tidak mengetahui mana qubulnya dan mana duburnya karena begitu lebatnya bulu binatang tersebut, lalu mereka berkata : “celaka, siapakah kamu?, ia menjawab : Aku adalah Al-Jassasah, mereka bertanya : Apakah Al-Jassasah itu?, ia berkata : Wahai kaum, pergilah kalian menuju seorang lelaki di dalam biara ini!, karena sesungguhnya ia sangat menanti kabar dari kalian, ia (Tamim Ad-Dari) berkata : Tatkala ia menyebut seorang lelaki kepada kami, maka kami-pun tekejut karenanya kalau-kalau ia adalah syetan. Lalu kami segera pergi hingga kami memasuki biara itu, tiba-tiba di dalamnya ada sebesar-besarnya manusia yang tidak pernah kami lihat makhluq sebesar itu, ia terikat dengan sekuat-kuatnya ikatan, kedua tangannya hingga lehernya diikat di antara kedua lututnya hingga kedua matakakinya dengan besi. Kami berkata : “celaka, siapakah kamu?, iamenjawab : Sungguh kalian telah ditakdirkan atas beritaku, maka kabarkanlah kepadaku, siapakah kalian? Mereka menjawab : Kami adalah manusia dari Arab, kami naik perahu di lautan, lalu kami menghadapilaut tatkala bergelombang, maka ombaknya telah mengombang-ambingkan kami selama satu bulan, lalu kami terdampar ke pulaumu ini, lalu kami duduk di suatu tempat dekat dengan perahu, lalu kami memasuki pulau ini, lalu ada seekor binatang yang kasar rambutnya lagi lebat bulunya menemui kami, tidak diketahui mana qubulnya dan mana duburnya karena terlalu lebat bulunya, lalu kami berkata : “celaka, siapakah kamu?, ia menjawab : Aku adalah Al-Jassasah, kami bertanya : Apakah Al-Jassasah itu?, ia berkata : Menujulah kalian kepada seorang lelaki di dalam biara ini! Karena sesungguhnya ia sangat menantikan kabar dari kalian, lalu kami menuju kepadamu dengan segera, dan kami terkejut karenanya, dan kami tidak akan aman bila kamu adalah syetan, lalu lelaki itu berkata : Kabarkanlah kepadaku tentang kurma Baisan!, kami berkata : Tentang apanya yang kamu tanya beritanya? Ia menjawab : Aku bertanya kepadamu tentang buahnya, apakah ia masih berbuah?, kami berkata kepadanya : “Ya, ia berkata : Ingat-ingatlah, sesungguhnya sebentar lagi ia tidak akan berbuah, ia berkata : Kabarkanlah kepadaku tentang Danau Tiberia!, kami menjawab : Tentang apanya yang kamu tanya beritanya?, ia berkata : Apakah di dalamnya masih ada airnya?, mereka menjawab : Ia masih banyak airnya, ia berkata : Ingat-ingatlah, bahwasanya airya sebentar lagi akan hilang, ia berkata : Kabarkanlah kepadaku tentang mata air Zughar (di Syam), mereka berkata : Tentang apanya yang kamu tanya beritanya?, Ia berkata : Apakah di dalam mata air itu masih ada airnya?, dan apakah penduduknya masih bertani dengan mata air itu?, kami berkata kepadanya : “Ya, Ia masih banyak airnya, dan penduduknya masih bertani dengan mata air itu, ia berkata : Kabarkanlah kepadaku tentang Nabinya orang-orang ummi, apakah yang telah ia lakukan?, mereka menjawab : Sungguh ia telah keluar dari Makkah dan menetap di Yatsrib, ia bertanya : Apakah orang-orang Arab telah memeranginya?, kami menjawab : “Ya, ia berkata : Bagaimanakah yang telah ia perbuat dengan mereka?, lalu kami mengabarkan kepadanya, sesungguhnya ia telah mengalahkan orang-orang yang berada di sekitarnya dari penduduk Arab, dan mereka telah manta’atinya, ia berkata kepada mereka : Sungguhkah telah ada kejadian seperti itu?, kami berkata : “Ya, ia berkata : Ingat-ingatlah, sesungguhnya hal itu adalah lebih baik bagi mereka bila mereka menta’atinya, dan sesungguhnya aku adalah orang yang akan mengabarkan kepada kalian tentang diriku, sesungguhnya aku adalah Al-Masih (Ad-Dajjal), dan sesungguhnya aku sebentar lagi akan diizinkan untuk keluar, lalu aku akan keluar dan berjalan di muka bumi, maka aku tidak akan meninggalkan satu desa (negeri) melainkan aku akan menuruninya selama empat puluh malam, selain kota Makkah dan Thibah, maka keduanya adalah diharamkan bagiku, masing-masing keduanya setiap kali aku berkeinginan untuk memasukinya sekaligus atau memasuki salah satu dari keduanya, maka ada seorang malaikat menghadangku yang di tangannya ada pedang mengkilap tajam yang terhunus, ia menghalauku darinya, dan sesungguhnya di setiap celahnya (Makkah dan Thibah) ada beberapa malaikat yang menjaganya. Ia (Fathimah binti Qois r.a,) berkata : Rasulullah SAW, bersabda sambil menghentak dengan tongkatnya di dalam mimbar : Inilah Thibah, inilah Thibah, inilah Thibah, yang beliau maksud adalah Kota Madinah”. (H.R. Muslim, No Hadits : 2942).
Di dalam lanjutan hadits tersebut juga telah dijelaskan, bahwa Rasulullah SAW, bersabda : “Ingat-ingatlah, sesungguhnya ia adalah lautan negeri Syam atau lautan negeri Yaman, bahkan ia dari arah timur”. Beliau berisyarat dengan tangannya menuju ke arah timur.
Pada awalnya Tamim Ad-Dari r.a, adalah salah seorang tokoh agama Nasrani. Dan setelah ia masuk agama Islam, maka ia menjadi salah satu sahabat Nabi Shollallaah ‘alaih wa sallam, yang terkemuka, dan Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, juga sering memujinya. Dan dialah orang yang telah meriwayatkan hadits : “Ad-Diinu An-Nashiihah”.
c. Ciri-Ciri Al-Masih Ad-Dajjal
Al-Masih Ad-Dajjal memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Matanya yang kanan terhapus (mamsukh), dan matanya yang kiri keluar bagaikan buah anggur yang timbul, di antara kedua matanya tertulis huruf “KAF – FA’ – RO”, yang berarti KAFIR, dan ia akan datang mengaku sebagai Tuhan dengan membawa sesuatu yang menyerupai surga dan neraka. Dan berikut ini adalah penjelasan dalil-dalilnya :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ الدَّجَّالَ بَيْنَ ظَهْرَانَيِ النَّاسِ، فَقَالَ : إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَيْسَ بِأَعْوَرَ، أَلاَ وَإِنَّ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُمْنَى، كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِئَةٌ. {رواه البخاري (٣٤٣٩)، ومسلم (٢٩٣٣)}. في صحيحيهما

Dari Ibnu Umar r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW, menyebut Dajjal di tengah-tengah manusia, lalu beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak buta sebelah, ingat-ingatlah sesungguhnya Al-Masih Ad-Dajjal buta matanya sebelah yang kanan, seolah-olah matanya yang kiri adalah buah anggur yang melotot”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 3439, dan Muslim, No Hadits : 2933).
Ad-Dajjal diberi julukan Al-Masih itu karena matanya yang kanan terhapus (mamsukhul ‘aini al-yumna), atau karena ia Al-A’war, dan Al-A’war itu biasa disebut dengan Al-Masikh.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ وَقَدْ أَنْذَرَ أُمَّتَهُ اْلأَعْوَرَ الْكَذَّابَ، أَلاَ إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ، وَمَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ : ك ف ر، أي كَافِرٌ.

رواه البخاري (٧١٣١)، ومسلم (٢٩٣٣). صحيح

Dari Anas bin Malik r.a, berkata : Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, bersabda : “Tidaklah dari seorang nabi melainkan sungguh ia telah memperingatkan umatnya terhadap yang buta sebelah lagi pendusta, ingat-ingatlah sesungguhnya ia (Dajjal) adalah buta matanya sebelah, dan sesungguhnya Tuhan kalian tidak buta sebelah, dan tertulis di antara kedua matanya : KAF – FA’ – RO”, yaitu KAFIR”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 7131, dan Muslim, No Hadits : 2933).
Imam Muslim juga telah meriwayatkan, bahwa tulisan ini dapat dibaca oleh setiap orang mukmin yang bisa menulis maupun yang tidak bisa menulis.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا عَنِ الدَّجَّالِ مَا حَدَّثَ بِهِ نَبِيٌّ قَوْمَهُ، إِنَّهُ أَعْوَرُ، وَإِنَّهُ يَجِيءُ مَعَهُ بِمِثَالِ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، فَالَّتِي يَقُولُ إِنَّهَا الْجَنَّةُ هِيَ النَّارُ، وَإِنِّي أُنْذِرُكُمْ كَمَا أَنْذَرَ بِهِ نُوحٌ قَوْمَهُ. {رواه البخاري (٣٣٣٨)، ومسلم (٢٩٣٦)}. صحيح

Dari Abu Hurairah r.a, berkata : Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, bersabda : “Ingat-ingatlah, aku akan membicarakan dengan suatu pembicaraan kepada kalian tentang Ad-Dajjal yang tidak dibicarakan oleh seorang nabi pada kaumnya, sesungguhnya ia adalah buta matanya sebelah, dan sesungguhnya ia akan datang membawa sesuatu yang serupa dengan surga dan neraka, lalu apa yang dia katakan bahwa sesungguhnya ia adalah surga, maka sebenarnya-lah bahwa itu adalah neraka, dan sesungguhnya aku akan memperingatkan kalian sebagaimana Nabi Nuh telah memperingatkannya kepada kaumnya”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 3338, dan Muslim, No Hadits : 2936).
Di dalam hadits-hadits shohih yang lainnya juga telah dijelaskan, bahwa Dajjal itu akan membawa dua sungai yang mengalir. Yang satu sungai berupa air dan yang satunya lagi berupa api. Kemudian Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, juga telah mengingatkan kepada umatnya, bahwa barangsiapa yang menjumpai Dajjal, kemudian ia dipaksa untuk memilih keduanya, maka hendaklah ia memilih nerakanya Dajjal atau apinya karena itu adalah surganya Allah Ta’aala.
d. Dajjal Bertemu Dengan Nabi Khidlir ‘alaihi as-salaam

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثًا طَوِيلاً عَنِ الدَّجَّالِ، فَكَانَ فِيمَا حَدَّثَنَا بِهِ أَنْ قَالَ : يَأْتِي الدَّجَّالُ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْهِ أَنْ يَدْخُلَ نِقَابَ الْمَدِينَةِ، بَعْضَ السِّبَاخِ الَّتِي بِالْمَدِينَةِ، فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ رَجُلٌ هُوَ خَيْرُ النَّاسِ أَوْ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ، فَيَقُولُ : أَشْهَدُ أَنَّكَ الدَّجَّالُ الَّذِي حَدَّثَنَا عَنْكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثَهُ، فَيَقُولُ الدَّجَّالُ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا ثُمَّ أَحْيَيْتُهُ، هَلْ تَشُكُّونَ فِي اْلأَمْرِ؟ فَيَقُولُونَ : لاَ، فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيهِ، فَيَقُولُ حِينَ يُحْيِيهِ : وَاللَّهِ، مَا كُنْتُ قَطُّ أَشَدَّ بَصِيرَةً مِنِّي الْيَوْمَ، فَيَقُولُ الدَّجَّالُ : أَقْتُلُهُ، فَلاَ أُسَلَّطُ عَلَيْهِ.

 رواه البخاري (١٨٨٢)، ومسلم (٢٩٣٨) . وقال مسلم : قَالَ أَبُو إِسْحَاقَ : يُقَالُ إِنَّ هَذَا الرَّجُلَ هُوَ الْخَضِرُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a, berkata : Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, telah berbicara kepada kami dengan suatu pembicaraan yang panjang tentang Dajjal, lalu beberapa yang beliau bicarakan kepada kami, bahwa beliau bersabda : “Dajjal akan datang, sedangkan diharamkan atasnya bila memasuki celah kota Madinah hingga pada sebagian tanah yang nganggur yang berada di Madinah, lalu keluar kepadanya pada waktu itu seorang lelaki yang menjadi sebaik-baiknya manusia atau dari sebaik-baiknya manusia, lalu ia berkata : “Aku bersaksi sesungguhnya kamu adalah Dajjal yang Rasulullah SAW, telah membicarakannya tentang kamu”, lalu Dajjal berkata : “Apa pendapatmu jika aku mampu membunuh orang ini, kemudian aku akan menghidupkannya kembali?, apakah kalian masih ragu-ragu di dalam urusan ini?, lalu mereka berkata : “tidak, lalu ia membunuh orang itu kemudian ia menghidupkannya kembali, lalu lelaki itu berkata tatkala Dajjal telah menghidupkannya : “Demi Allah, tidaklah aku sama sekali lebih yakin dari pada diriku pada hari ini bahwa sesungguhnya kamu adalah Dajjal”, lalu Dajjal berkata : Aku akan membunuhnya lagi, lalu Dajjal tidak dapat menguasai atas dirinya”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 1882, dan Muslim, No Hadits : 2938). Dan Imam Muslim berkata : Abu Ishaq telah berkata : dikatakan bahwa lelaki itu adalah Nabi Khodlir ‘alaihissalaam.
Imam An-Nawawi rahimahullah, berkata : Ini adalah dalil yang jelas tentang Nabi Khodlir ‘alaihissalam, bahwa sesungguhnya beliau itu masih hidup hingga saat ini, dan beliau akan bertemu dengan Dajjal.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فَيَتَوَجَّهُ قِبَلَهُ رَجُلٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ، فَتَلْقَاهُ الْمَسَالِحُ مَسَالِحُ الدَّجَّالِ، فَيَقُولُونَ لَهُ : أَيْنَ تَعْمِدُ؟، فَيَقُولُ : أَعْمِدُ إِلَى هَذَا الَّذِي خَرَجَ، فَيَقُولُونَ لَهُ : أَوَ مَاتُؤْمِنُ بِرَبِّنَا؟ فَيَقُولُ : مَا بِرَبِّنَا خَفَاءٌ، فَيَقُولُونَ : أُقْتُلُوهُ! فَيَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : أَلَيْسَ قَدْ نَهَاكُمْ رَبُّكُمْ أَنْ تَقْتُلُوا أَحَدًا دُونَهُ؟ قَالَ : فَيَنْطَلِقُونَ بِهِ إِلَى الدَّجَّالِ، فَإِذَا رَآهُ الْمُؤْمِنُ، قَالَ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ! هَذَا الدَّجَّالُ الَّذِي ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ : فَيَأْمُرُ الدَّجَّالُ بِهِ فَيُشَبَّحُ، فَيَقُولُ : خُذُوهُ وَشُجُّوهُ! فَيُوسَعُ ظَهْرُهُ وَبَطْنُهُ ضَرْبًا، فَيَقُولُ : أَوَ مَا تُؤْمِنُ بِي؟ فَيَقُولُ : أَنْتَ الْمَسِيحُ الْكَذَّابُ، قَالَ : فَيُؤْمَرُ بِهِ فَيُؤْشَرُ بِالْمِئْشَارِ مِنْ مَفْرِقِهِ حَتَّى يُفَرَّقَ بَيْنَ رِجْلَيْهِ، قَالَ : ثُمَّ يَمْشِي الدَّجَّالُ بَيْنَ الْقِطْعَتَيْنِ، ثُمَّ يَقُولُ لَهُ : قُمْ! فَيَسْتَوِي قَائِمًا، ثُمَّ يَقُولُ لَهُ : أَتُؤْمِنُ بِي؟ فَيَقُولُ : مَا ازْدَدْتُ فِيكَ إِلاَّ بَصِيرَةً، ثُمَّ يَقُولُ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ! إِنَّهُ لاَ يَفْعَلُ بَعْدِي بِأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ، قَالَ : فَيَأْخُذُهُ الدَّجَّالُ لِيَذْبَحَهُ، فَيُجْعَلَ مَا بَيْنَ رَقَبَتِهِ إِلَى تَرْقُوَتِهِ نُحَاسًا، فَلاَ يَسْتَطِيعُ إِلَيْهِ سَبِيلاً، قَالَ : فَيَأْخُذُ بِيَدَيْهِ وَرِجْلَيْهِ فَيَقْذِفُ بِهِ فَيَحْسِبُ النَّاسُ أَنَّمَا قَذَفَهُ إِلَى النَّارِ، وَإِنَّمَا أُلْقِيَ فِي الْجَنَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : هَذَا أَعْظَمُ النَّاسِ شَهَادَةً عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ. {رواه مسلم (٢٩٣٨)}. صحيح

Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a, berkata : Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, telah bersabda : “Dajjal akan keluar, lalu ada seorang lelaki dari orang-orang yang beriman menuju kehadapannya, lalu gudang senjatanya Dajjal akan menemuinya, lalu mereka berkata kepadanya : Kemanakah kamu akan menuju?, lalu ia menjawab : Aku akan menuju kepada orang itu yang telah keluar, lalu mereka berkata kepadanya : Apakah kamu tidak beriman kepada Tuhan kami?, lalu ia menjawab : Tidakkah Tuhan kami itu tersembunyi, lalu mereka berkata : Bunuhlah ia!, lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain : Bukankah Tuhan kalian telah melarang kalian bila kalian membunuh seseorang tanpanya?, lalu mereka pergi membawanya kepada Dajjal, lalu tatkala orang yang beriman itu melihat kepadanya, ia berkata : Wahai manusia, inilah Ad-Dajjal yang Rasulullah SAW, telah menyebutkannya, lalu Dajjal menyuruh agar ia dibentangkan perutnya, lalu ia berkata : Tindaklah ia, dan benturkanlah kepalanya, lalu punggungnya dan perutnya di lebarkan dengan suatu pukulan, lalu ia berkata : Apakah kamu tidak beriman kepadaku?, ia menjawab : Kamu adalah Al-Masih Ad-Dajjal sang pendusta, lalu diperintahkan kepadanya agar ia digergaji dengan gergaji dari tengah-tengah kepalanya hingga terbelah di antara kedua kakinya, kemudian Dajjal berjalan di antara dua potongan tubuh itu, kemudian ia berkata kepadanya : Berdirilah!, lalu tiba-tiba tubuh itu berdiri tegak, kemudian ia berkata kepadanya : Apakah kamu beriman kepadaku?, ia menjawab : Tidaklah aku bertambah tentangmu melainkan aku bertambah yakin bahwa kamu adalah Dajjal, kemudian lelaki ituberkata : Wahai manusia, sesungguhnya ia tidak akan berbuat apa-apa setelahku pada seorang pun dari manusia, lalu Dajjal akan menangkapnyaagar ia dapatmenyembelihnya, lalu dijadikanlah di antara lehernya dan kerongkongannya sebuah tembaga, maka Dajjal tidak mampu mendapatkan jalan kepadanya, (perawi) berkata : lalu ia memegang kedua tangannya dan kedua kakinya, lalu ia melemparkannya, maka manusia mengira bahwa Dajjal melemparkannya ke neraka, dan sesungguhnya ia telah dilemparkan ke dalam surga. Lalu Rasulullah SAW, bersabda : “Itulah seagung-agungnya manusia berupa kesyahidannya di sisi Tuhan semesta alam”. (H.R. Muslim, No Hadist : 2938).

e. Lamanya Ad-Dajjal Di Muka Bumi
Al-Masih Ad-Dajjal akan membikin kerusakan di muka bumi selama “Empat puluh hari”, yang lamanya sebanding dengan 439 (empat ratus tiga puluh sembilan) hari. Karena yang satu hari seperti satu tahun, dan yang satu hari lagi seperti satu bulan, dan satu hari kemudian seperti satu Jum’at, lalu sisanya hari-harinya itu seperti hari-hari biasa.
Di dalam sebuah hadits yang panjang, Imam Muslim rahimahullah, telah meriwayatkan :

عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدَّجَّالَ ذَاتَ غَدَاةٍ، فَخَفَّضَ فِيهِ وَرَفَّعَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ، فَلَمَّا رُحْنَا إِلَيْهِ عَرَفَ ذَلِكَ فِينَا، فَقَالَ : مَا شَأْنُكُمْ؟ قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ! ذَكَرْتَ الدَّجَّالَ غَدَاةً

الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَيْكُمْ، إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيكُمْ، فَأَنَا حَجِيجُهُ دُونَكُمْ، وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيكُمْ فَامْرُؤٌ حَجِيجُ نَفْسِهِ، وَاللَّهُ خَلِيفَتِي عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ، إِنَّهُ شَابٌّ قَطَطٌ، عَيْنُهُ طَافِئَةٌ، كَأَنِّي أُشَبِّهُهُ بِعَبْدِ الْعُزَّى بْنِ قَطَنٍ، فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ

سُورَةِ الْكَهْفِ، إِنَّهُ خَارِجٌ خَلَّةً بَيْنَ الشَّامِ وَالْعِرَاقِ، فَعَاثَ يَمِينًا وَعَاثَ شِمَالاً، يَا عِبَادَ اللَّهِ! فَاثْبُتُوا، قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ! وَمَا لَبْثُهُ فِي اْلأَرْضِ؟ قَالَ : أَرْبَعُونَ يَوْمًا، يَوْمٌ كَسَنَةٍ، وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ، وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ، وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ، قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ! فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ، أَتَكْفِينَا فِيهِ صَلاَةُ يَوْمٍ؟ قَالَ : لاَ، أُقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ، قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ! وَمَا إِسْرَاعُهُ فِي اْلأَرْضِ؟ قَالَ : كَالْغَيْثِ اسْتَدْبَرَتْهُ الرِّيحُ، فَيَأْتِي عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوهُمْ فَيُؤْمِنُونَ بِهِ، وَيَسْتَجِيبُونَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ، وَاْلأَرْضَ فَتُنْبِتُ فَتَرُوحُ عَلَيْهِمْ سَارِحَتُهُمْ أَطْوَلَ مَا كَانَتْ ذُرًا وَأَسْبَغَهُ ضُرُوعًا وَأَمَدَّهُ خَوَاصِرَ، ثُمَّ يَأْتِي الْقَوْمَ فَيَدْعُوهُمْ فَيَرُدُّونَ عَلَيْهِ قَوْلَهُ، فَيَنْصَرِفُ عَنْهُمْ فَيُصْبِحُونَ مُمْحِلِينَ لَيْسَ بِأَيْدِيهِمْ شَيْءٌ مِنْ أَمْوَالِهِمْ، وَيَمُرُّ بِالْخَرِبَةِ فَيَقُولُ لَهَا : أَخْرِجِي كُنُوزَكِ! فَتَتْبَعُهُ كُنُوزُهَا كَيَعَاسِيبِ النَّحْلِ، ثُمَّ يَدْعُو رَجُلاً مُمْتَلِئًا شَبَابًا، فَيَضْرِبُهُ

بِالسَّيْفِ فَيَقْطَعُهُ جَزْلَتَيْنِ رَمْيَةَ الْغَرَضِ، ثُمَّ يَدْعُوهُ فَيُقْبِلُ وَيَتَهَلَّلُ وَجْهُهُ يَضْحَكُ، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ، فَيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبَيْضَاءِ شَرْقِيَّ دِمَشْقَ بَيْنَ مَهْرُودَتَيْنِ وَاضِعًا كَفَّيْهِ عَلَى أَجْنِحَةِ مَلَكَيْنِ، إِذَا طَأْطَأَ رَأْسَهُ قَطَرَ، وَإِذَا رَفَعَهُ

تَحَدَّرَ مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤِ، فَلاَ يَحِلُّ لِكَافِرٍ يَجِدُ رِيحَ نَفَسِهِ إِلاَّ مَاتَ، وَنَفَسُهُ يَنْتَهِي حَيْثُ يَنْتَهِي طَرْفُهُ، فَيَطْلُبُهُ حَتَّى يُدْرِكَهُ بِبَابِ لُدٍّ فَيَقْتُلُهُ، ثُمَّ يَأْتِي عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ قَوْمٌ قَدْ عَصَمَهُمُ اللَّهُ مِنْهُ، فَيَمْسَحُ عَنْ وُجُوهِهِمْ وَيُحَدِّثُهُمْ بِدَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَوْحَى اللَّهُ إِلَى عِيسَى : إِنِّي قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِي لاَ يَدَانِ لِأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ، فَحَرِّزْ عِبَادِي إِلَى الطُّورِ! وَيَبْعَثُ اللَّهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ، فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا، وَيَمُرُّ آخِرُهُمْ فَيَقُولُونَ : لَقَدْ كَانَ بِهَذِهِ مَرَّةً مَاءٌ، وَيُحْصَرُ نَبِيُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ حَتَّى يَكُونَ رَأْسُ الثَّوْرِ لِأَحَدِهِمْ خَيْرًا مِنْ مِائَةِ دِينَارٍ لِأَحَدِكُمُ الْيَوْمَ، فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ، فَيُرْسِلُ اللَّهُ عَلَيْهِمُ النَّغَفَ فِي رِقَابِهِمْ، فَيُصْبِحُونَ فَرْسَى كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ، ثُمَّ يَهْبِطُ نَبِيُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اْلأَرْضِ، فَلاَ يَجِدُونَ فِي اْلأَرْضِ

مَوْضِعَ شِبْرٍ إِلاَّ مَلَأَهُ زَهَمُهُمْ وَنَتْنُهُمْ، فَيَرْغَبُ نَبِيُّ اللَّهِ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللَّهِ، فَيُرْسِلُ اللَّهُ طَيْرًا كَأَعْنَاقِ الْبُخْتِ، فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللَّهُ مَطَرًا لاَ يَكُنُّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَرٍ وَلاَ وَبَرٍ، فَيَغْسِلُ اْلأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كَالزَّلَفَةِ، ثُمَّ يُقَالُ لِلْأَرْضِ : أَنْبِتِي ثَمَرَتَكِ، وَرُدِّي بَرَكَتَكِ! فَيَوْمَئِذٍ تَأْكُلُ الْعِصَابَةُ مِنَ الرُّمَّانَةِ، وَيَسْتَظِلُّونَ بِقِحْفِهَا، وَيُبَارَكُ فِي الرِّسْلِ حَتَّى أَنَّ اللِّقْحَةَ مِنَ اْلإِبِلِ لَتَكْفِي الْفِئَامَ مِنَ النَّاسِ، وَاللِّقْحَةَ مِنَ الْبَقَرِ لَتَكْفِي الْقَبِيلَةَ مِنَ النَّاسِ، وَاللِّقْحَةَ مِنَ الْغَنَمِ لَتَكْفِي الْفَخِذَ مِنَ النَّاسِ، فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ رِيحًا طَيِّبَةً، فَتَأْخُذُهُمْ تَحْتَ آبَاطِهِمْ، فَتَقْبِضُ رُوحَ كُلِّ مُؤْمِنٍ وَكُلِّ مُسْلِمٍ، وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ، فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ. {رواه مسلم (٢٩٣٧)}. صحيح

Dari An-Nawwas bin Sam’an r.a, berkata : Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, menyebut Dajjal pada suatu pagi, lalu beliau merendahkan di dalamnya dan juga meninggikannya, sehingga kami mengiranya berada di dalam rimbunan pohon kurma, lalu tatkala kami datang kepada beliau, beliau mengenali hal itu di dalam diri kami, lalu beliau bersabda : Apakah yang kalian inginkan?, kami berkata : Wahai Rasulullah, engkau telah menyebut Dajjal pada suatu pagi, lalu engkau merendahkan di dalamnya dan engkau juga meninggikannya, sehingga kami mengiranya berada dalam rimbunan pohon kurma, lalu beliau bersabda : “Bukan Dajjal yang aku takutkan atas kalian jika ia keluar sedangkan aku berada di tengah-tengah kalian, maka akulah yang mengalahkannya tanpa kalian, dan jika ia keluar sedangkan aku tidak berada di tengah-tengah kalian, maka seseorang mengalahkan dirinya sendiri, dan Allah adalah penggantiku atas tiap-tiap orang Islam, sesungguhnya ia (Dajjal) itu adalah seorang pemuda yang sangat keriting rambunya (kribo), matanya yang kiri menonjol keluar, seolah-olah aku menyerupakan ia dengan Abdul ‘Uzza bin Qothon, barangsiapa yang mendapatinya dari kalian, maka hendaklah ia membaca pembukaannya surat Al-Kahfi, sesungguhnya ia akan keluar di antara negeri Syam dan Irak, lalu ia akan membuat kerusakan di kiri dan kanan. Wahai hamba Allah, tetaplah kalian!, kami berkata : Wahai Rasulullah!, berapa lamakah menetapnya ia di muka bumi?, beliau bersabda : “Empat puluh hari”, satu hari seperti satu tahun, dan satu hari seperti satu bulan, dan satu hari seperti satu Jum’at, lalu sisanya hari-harinya itu seperti hari-hari kalian, kami berkata : Wahai Rasulullah!, itu satu hari yang seperti satu tahun, apakah sholat sehari mencukupi kami di dalamnya?, beliau menjawab : “Tidak, kira-kirakanlah pada seukurannya!, kami berkata : Wahai Rasulullah! bagaimanakah kecepatannya di muka bumi?, beliau menjawab : seperti hujan yang diterpa angin, lalu ia mendatangi suatu kaum dan mengajak mereka, lalu mereka beriman kepadanya dan mereka memenuhi ajakannya, lalu ia memerintahkan langit, maka langsung turun hujan, dan ia memerintahkan bumi, maka langsung tumbuh tanaman lalu hewan ternak mereka pergi ke padang rumput mereka yang lebih panjang dari pada punuknya dan air susunya melimpah, dan temboloknya penuh berisi makanan, kemudian ia datang kepada suatu kaum, lalu ia mengajak kepada mereka, lalu mereka menolak perkataannya kepadanya, lalu ia berpaling dari mereka, lalu mereka masuk waktu pagi dalam keadaan pucat, tidak ada di tangan mereka sesuatupun dari harta mereka, dan ia melewati lubang, lalu ia berkata kepada lubang itu : Keluarkanlah gudang hartamu!, lalu gudang harta itu mengikutinya seperti lebah mengikuti pejantannya, kemudian ia memanggil seorang lelaki yang penuh dengan kemudahan, lalu ia memukulnya dengan pedang, lalu ia memotongnya menjadi dua bagian sejauh lemparan anak panah, kemudian ia memanggilnya, lalu ia menghadap dan wajahnya bercahaya sedang tertawa, lalu tatkala ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah mengutus Nabi Isa bin Maryam ‘alaihissalaam, maka beliau turun dari atas menara putih sebelah Timur kota Damsyiq, di antara dua Mahrud dalam keadaan meletakkan kedua telapak tangannya di atas sayap kedua malaikat. Apabila ia menundukkan kepalanya maka meneteskan air, dan apabila ia mengangkat kepalanya maka bercucuran darinya berupa benih-benih air seperti mutiara, maka tidak halal bagi orang kafir yang mendapatkan bahu dirinya melainkan ia akan mati, dan jiwanya akan habis sekiranya habis ujungnya, lalu beliau akan mencari Dajjal hingga beliau mendapatkannya di pintu Lud (Baitul Maqdis), lalu beliau akan membunuh Dajjal. Kemudian Nabi Isa bin Maryam akan mendatangi suatu kaum yang Allah telah menjaganya dari Dajjal, lalu beliau mengusap rasa ketakutan dari wajah-wajah mereka, kemudian beliau bercerita kepada mereka tentang derajat mereka di dalam surga. Lalu tatkala beliau dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah memberikan wahyu kepada Nabi Isa ‘alaihissalaam, : “Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan beberapa hamba untuk-Ku, yang tidak kuasa seorang-pun untuk membunuh mereka, maka bentengilah hamba-hamba-Ku itu ke gunung Thur. Lalu Allah mengirimkan Ya’juj dan Ma’juj, sedangkan mereka dari tiap-tiap tempat yang tinggi akan meluncur dengan cepat. Lalu kelompok yang pertama dari mereka akan melewati Danau Tiberia, lalu mereka akan meminum apa-apa yang berada di dalamnya. Dan kelompok yang terakhir dari mereka akan melewatinya pula, lalu mereka akan berkata : Sungguh di sini pernah ada airnya. Sedangkan Nabi Isa dan teman-temannya akan dikurung, sehingga adanya satu kepala sapi jantan bagi mereka itu lebih baik dari pada seratus dinar bagi kalian pada hari itu. Lalu Nabi Isa dan teman-temannya memohon kepada Allah, maka Allah mengutus ulat atau cacing pita kepada mereka di dalam leher-leher mereka (Ya’juj dan Ma’juj), lalu pada waktu paginya mereka terkapar mati seperti kematianya satu jiwa. Kemudian Nabi Isa dan teman-temannya turun ke bumi, lalu mereka tidak mendapatkan di muka bumi satu tempat sejengkal-pun melainkan telah penuh dengan bau busuk mereka dan bau bangkai mereka. Lalu Nabi Isa dan teman-temannya memohon kepada Allah, lalu Allah mengutus seekor burung seperti leher keberuntungan, lalu burung itu membawa mereka, lalu melemparkannya di mana saja yang telah Allah kehendaki. Kemudian Allah mengirimkan hujan yang tidak ada dari suatu rumah yang terbuat dari tanah maupun terbuat dari bulu, lalu Dia mencuci bumi sehingga meninggalkannya dalam keadaan bersih mengkilap. Kemudian dikatakan kepada bumi : Tumbuhkanlah buah-buahanmu!, dan kembalikanlah keberkahanmu!, maka pada hari itu sekumpulan orang makan dari buah delima, dan mereka bernaung di bagian dalam kulitnya, dan diberkahi di dalam air susunya, sehingga satu puting susu unta mencukupi untuk sekumpulan besar dari manusia, dan satu puting susu dari sapi mencukupi satu kabilah dari manusia, dan satu puting susu dari kambing mencukupi satu keluarga dari manusia. Lalu tatkala mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah mengirimkan angin yang berbau harum, lalu angin itu mengambil mereka di bawah ketiak mereka, lalu dengan angin itu Allah mencabut nyawanya tiap-tiap orang yang beriman dan tiap-tiap orang Islam, lalu tersisalah seburuk-buruknya manusia, mereka bersetubuh di dalamnya dengan persetubuhannya keledai (seks bebas seperti layaknya persetubuhannya keledai), maka kepada merekalah terjadinya kiamat”. (H.R. Muslim, No Hadits : 2937).
f. Berlindung Dari Fitnahnya Dajjal
Di dalam hadits tersebut telah dijelaskan, bahwa barangsiapa yang bertemu dengan Dajjal kemudian ia membaca pembukaan surat Al-Kahfi, maka ia terhindar dari Dajjal. Dan di dalam hadits-hadits shohih yang lainnya juga dijelaskan bahwa hendaknya ia menghafal sepuluh ayat yang pertama atau sepuluh ayat yang terakhir dari surat Al-Kahfi.
Dan Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, juga telah mengajarkan do’a masyhur yang dibaca di dalam sholat setelah membaca tasyahud akhir dan sebelum salam.
Dan salah satu do’a tersebut adalah riwayat dari ‘Aisyah r.a, berkata : Sesungguhnya Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, berdo’a di dalam sholatnya :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ. {رواه البخاري (٨٣٢)، ومسلم (٥٨٩)، وأبو داود (٨٨٠)، والنسائي (١٣٠٥)}. صحيح

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnahnya Al-Masih Ad-Dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnahnya kehidupan dan kematian, Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan hutang”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 832, dan Muslim, No Hadits : 589, dan Abu Dawud, No Hadits : 880, dan An-Nasa’i, No Hadits : 1305).
Perlu diketahui, bahwa Imam Ibnu Majah rahimahullah, telah meriwayatkan, sesungguhnya sebelum keluarnya Dajjal akan ada kehidupan yang sangat sulit selama tiga tahun. Pada waktu itu akan terjadi masa-masa kelaparan melanda di mana-mana. Allah Ta’aala, akan memerintahkan kepada langit agar tidak menurunkan hujan, dan memerintahkan kepada bumi agar tidak menumbuhkan tanamannya. Dan anehnya pada waktu itu bacaan Tahlil, Takbir, Tasbih, dan Tahmid akan mampu menggantikan makanan, sehingga barangsiapa yang membacanya, maka ia tidak akan merasa kelaparan. Wallahu A’lam.
Tulisan ini kami ambil dari buku susunan kami sendiri yang berjudul “Sabda Rasulullaah Shollallaah ‘alaih wa sallam tentang Tanda-tanda Kiamat”
Catatan dari Kyai Dawam Mu’allim

AKIDAH ALA BADUI

Rabu Wage malam Kamis Kliwon tepat tengah malam, ustadz Sukijo As-Salaf dengan diantar Sukiran bin Sukirin menemui Guru Sufi yang sedang duduk-duduk di teras mushola bersama Sufi Majnun, Sufi tua, Sufi  Sudrun, dan Dullah. Sekalipun kepada Sukiran  menyatakan ingin “mengaji” kepada Guru Sufi, namun ustadz Sukijo As-Salaf tidak sedikit pun berkenan mundur dari prinsip-prinsip ajaran yang sudah diyakininya. Demikianlah, dalam perbincangan sepintas yang dihangatkan ceramah Sufi tua tentang keabsahan  menta’wil Al-Qur’an, telah dijadikan senjata ampuh bagi ustadz Sukijo As-Salaf  untuk  mengecam ajaran sufisme sebagai ajaran sesat karena kegemaran kaum sufi menta’wil Al-Qur’an.
   Dengan garang  ustadz Sukijo As-Salaf  mengecam Sufi tua yang menta’wil  Surah Thaha ayat 5 “al-Rahmaan ‘ala al-‘Arsy istawa” sebagai suatu tindak  kesesatan yang nyata. “Ayat ini jelas bermakna al-Rahman itu bersemayam di Arsy. Bagaimana ada ta’wil bahwa al-Rahman tidak bertempat? Itu sama dengan menyatakan Allah tidak ada,” kata ustadz Sukijo As-Salaf.
   “Anda tahu tidak apa itu definisi tempat?” sahut Dullah mewakili Sufi tua yang diam tak menanggapi kecaman ustadz Sukijo As-Salaf,”Tempat adalah sesuatu yang ada setelah adanya ciptaan. Padahal, Allah sudah Ada sebelum ada ciptaan. Allah itu memiliki sifat mukhalafatuhu lil hawaditsi, yaitu wajib tidak menyerupai makhluk ciptan-Nya. Jadi menyatakan Allah berkedudukan di sebuah tempat itu menyalahi prinsip akidah. Itu sebabnya, ayat “al-Rahman ‘ala al-‘Arsy istawa” itu harus dita’wil supaya tidak membawa kesesatan.”
    “Tidak bisa,” sergah ustadz Sukijo As-Salaf bertahan,”Apa pun alasannya, menta’wil Qur’an adalah sesat. Itu hanya dilakukan oleh orang tidak beriman.”
    “Tahukah Anda wahai ustadz Sukijo,” tukas Sufi Sudrun sambil garuk-garuk kepala,”Bahwa al-Imam al-Bukhari sang perawi hadits telah memberikan ta’wil atas Qur’an Surah Al-Qashash  ayat 88  “kullu syai’in halikun illa wajhahu”,  memaknai kata wajhahu (wajah-Nya) dengan mulkahu (kekuasaan-Nya)? Bagaimana itu menurut ustadz?”
    “Al-Imam al-Bukhari sesungguhnya telah sesat dengan ta’wil itu,” kata ustadz Sukijo As-Salaf,”Sebab syaikh kami, yaitu Syaikh Al-Albani telah menegaskan bahwa dengan ta’wil atas ayat Al-Qur’an itu, al-Imam al-Bukhari telah melakukan tindakan yang tidak patut dilakukan orang iman.”
    “Bagaimana dengan Surah Al-Baqarah ayat 115 “fa’ainamaa tuwallu fatsamma wajhullah” apakah tidak perlu ta’wil?” tanya Sufi tua.
    “Sebagaimana sudah saya tegaskan, bahwa Al-Qur’an tidak boleh dita’wil!”
    “Jadi apa  makna dari ayat “fa’ainamaa tuwallu fatsamma wajhullah?” tanya Sufi tua.
“Maknanya, ke mana pun engkau menghadap, di sanalah wajah Allah,” sahut ustadz Sukijo As-Salaf ketus.
“Jadi kata wajhullah (wajah Allah)  tidak perlu dita’wil ya?” tanya Sufi tua ketawa.
“Tidak perlu ta’wil. Titik,” tukas ustadz Sukijo As-Salaf.
    “Bagaimana dengan surah Az-Zumar ayat 67 “wal ardhu  jamii’a qabdlotuhu yaumal qiyaamati wa samaawaatu muthwiyyaatun biyamiinihi” apakah maknanya yang benar dan apakah tidak perlu  dita’wil juga?” tanya Dullah minta penjelasan.
    “Makna ayat “wal ardhu jamii’a qabdlotuhu yaumal qiyaamati wa samaawaatu muthwiyyaatun biyamiinihi” adalah “dan bumi seutuhnya dalam genggaman-Nya dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya”. Itu tidak perlu ta’wil. Titik,” sahut ustadz Sukijo As-Salaf tegas.
     “Mohon tanya al-ustadz, saya kurang pintar bahasa Arab,” kata Guru Sufi mendadak melontarkan pertanyaan,”Apa ya kira-kira makna Ka’batullah, yaitu batu segi empat di Makkah  yang kita jadikan kiblat dan kita jadikan arah pesujudan dalam shalat?”
    “Ee maksudnya apa?” tanya ustadz Sukijo As-Salaf tergagap.
    “Makna Ka’batullah,” kata Guru Sufi menjelaskan,”Maksudnya, makna Ka’bah itu apa dan Allah itu apa dalam rangkaian kata Ka’batullah?
    “Seingat saya, Ka’ba – Ki’aaba  itu artinya mata kaki,” kata ustadz Sukijo.
“Jadi Ka’batullah itu apa bisa dimaknai “Mata Kaki Allah” di mana manusia harus menyembah, begitukah kira-kira maknanya ustadz?” tanya Guru Sufi minta penjelasan.
“Bisa saja dimaknai begitu,” kata ustadz Sukijo.
    “Bagaimana kalau kata Ka’batullah itu dipungut dari kata Ka’aba  yang bermakna tetek atau susu, apakah itu harus bermakna tetek Tuhan?; Bagaimana pula jika kata itu dipungut dari kata Ka’abati – Ki’abatan  yang bermakna gadis montok, apakah boleh dimaknai Tuhan itu serupa gadis montok?; dan bagaimana pula jika kata itu  dipungut dari kata Ka’aba yang bermakna segi empat, apakah boleh dimaknai Tuhan itu segi empat wujudnya; mana kira-kira yang benar dari kata Ka’ba untuk Ka’batullah, wahai  ustadz?” tanya Dullah.
    “Pertanyaan Anda itu haram hukumnya karena Tuhan tidak boleh dibanding-bandingkan dan diserupakan dengan sesuatu dari makhluk-Nya,” kata ustadz Sukijo bersungut-sungut.
    “Lho ustadz tadi bilang Al-Qur’an tidak boleh dita’wil, sekarang Ka’bah pun tidak boleh dimaknai sesuai makna konotasi kita, bagaimana ini?” kata Dullah heran dengan jalan pikiran ustadz Sukijo As-Salaf.
    “Sudahlah Dul,” sahut Sufi tua menyela,”Ustadz kita ini benar sekali ketika melarang kita menta’wil Al-Qur’an. Sebab, beliau itu berpikir dengan cara tekstual sesuai makna kata denotasi.”
    “Maksudnya bagaimana, pakdhe?” tanya Dullah ingin tahu.
    “Ayat 5 surah Thaha “al-Rahmaan ‘ala al-‘Arsy istawa” dimaknai “Tuhan benar-benar bersemayam di tempat yang disebut ‘Arsy”; al-Rahman itu dimaknai juga sebagai “Tuhan” yang punya wajah sebagaimana ayat  115 surah Al-Baqarah “fa’ainamaa tuwallu fatsamma wajhullah”  dan ayat 88 surah al-Qashash “kullu syai’in halikun illa wajhahu”; al-Rahman juga dimaknai tanpa ta’wil sebagai “Tuhan” yang punya tangan sebagaimana ayat 67 surah Az-Zumar “wal ardhu  jamii’a qabdlotuhu yaumal qiyaamati wa samaawaatu muthwiyyaatun biyamiinihi”; dan sekarang ustadz Sukijo ini malah memaknai kata Ka’batullah dengan “mata kaki Allah” yang tak perlu dita’wil; sungguh, akidah kita sudah sangat berbeda dengan akidah ustadz Sukijo As-Salaf ini,” sahut Sufi tua.
    “Anda jangan menta’wilkan apa yang saya pikirkan tentang makna Qur’ani dari ayat-ayat yang kita bahas tadi!” sergah ustadz Sukijo As-Salafi marah.
    “Justru saya mengikuti petunjuk ustadz, tidak menta’wil apa pun, tapi  yang muncul justru makna riil dari ayat-ayat Al-Qur’an itu sebagaimana sudah saya kemukakan, yaitu Allah bertempat, berwajah, bertangan, dan bermata kaki seperti makhluk,” kata Sufi tua.
    “Sudah, sudah,” kata Sufi Majnun menengahi,”Tidak perlu ribut. Semua orang punya hak memaknai ajaran agama sesuai kapasitas dan kemampuan masing-masing; orang badui, silahkan memahami agama secara badui dan jangan sekali-kali memaksa kaum beradab kota untuk mengikuti cara pandang dan cara menalar badui. Sebaliknya, orang kota juga silahkan memahami agama secara orang kota dan jangan pernah mengajak-ajak badui untuk mengikuti cara menalar orang kota; sungguh, sejatinya Nabi Muhammad Saw itu adalah orang kelahiran  kota Makkah dan kemudian hijrah ke kota Madinah sampai wafatnya, jadi kalian wahai orang kota, ikutilah jalan agama Islam menurut contoh pembawanya, yaitu orang kota bernama Muhammad Saw.”
    Ustadz Sukijo As-Salaf berdiri dengan wajah merah padam. Lalu tanpa pamit, ia meninggalkan para sufi yang ketawa-ketiwi sambil geleng-geleng kepala karena tidak bisa mengikuti alur pemikiran ustadz Sukijo As-Salaf yang sangat baduistis.
Cerita Ringan oleh: Agus Sunyoto

Senin, 21 November 2011

Wawancara Ekslusif dengan iblis (wawancara ini telah mendapat persetujuan dari ALLAH SWT)


Apr 06


Iblis Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah SAW (dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas)

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba - tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: "Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk..? Sebab kalian akan membutuhkanku. "

Rasulullah bersabda:"Tahukah kalian siapa yang memanggil?"

Kami menjawab: "Allah dan RasulNya yang lebih tahu."
 
Beliau melanjutkan, "Itu Iblis, laknat Allah bersamanya."

Umar bin Khattab berkata: "izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah"




Nabi menahannya: "Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik."

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: "Salam untukmu Muhammad,... . salam untukmu para hadirin..."

Rasulullah SAW lalu menjawab: Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?"

Iblis menjawab: "Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa."

" Siapa yang memaksamu?"

Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:

"Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawablah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin."

oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh."

Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: "Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?"

Iblis segera menjawab: "Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci."

"Siapa selanjutnya?"

"Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT."

"lalu siapa lagi?"

"Orang Aliim dan wara' (Loyal)"

"Lalu siapa lagi?"

"Orang yang selalu bersuci."

"Siapa lagi?"

"Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain."

"Apa tanda kesabarannya?"

"Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar."

" Selanjutnya apa?"

"Orang kaya yang bersyukur."

"Apa tanda kesyukurannya?"

"Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya."

"Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?"

"Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam."

"Umar bin Khattab?"

"Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur."

"Usman bin Affan?"

"Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya."

"Ali bin Abi Thalib?"

"Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu." (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)

Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

"Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?"

"aku merasa panas dingin dan gemetar."

"Kenapa?"

"Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat."

"Jika seorang umatku berpuasa?"

"Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka."

"Jika ia berhaji?"

"Aku seperti orang gila."

"Jika ia membaca al-Quran?"

"Aku merasa meleleh laksana timah diatas api."

"Jika ia bersedekah?"

"Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji."

"Mengapa bisa begitu?"

"Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya."

"Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?"

"Suara kuda perang di jalan Allah."

"Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?"

"Taubat orang yang bertaubat."

"Apa yang dapat membakar hatimu?"

"Istighfar di waktu siang dan malam."

"Apa yang dapat mencoreng wajahmu?"

"Sedekah yang diam - diam."

"Apa yang dapat menusuk matamu?"

"Shalat fajar."

"Apa yang dapat memukul kepalamu?"

"Shalat berjamaah."

"Apa yang paling mengganggumu?"

"Majelis para ulama."

"Bagaimana cara makanmu?"

"Dengan tangan kiri dan jariku."

"Dimanakah kau menaungi anak - anakmu di musim panas?"

"Di bawah kuku manusia."

Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : "Siapa temanmu wahai Iblis?"

"Pemakan riba."

"Siapa sahabatmu?"

"Pezina."

"Siapa teman tidurmu?"

"Pemabuk."

"Siapa tamumu?"

"Pencuri."

"Siapa utusanmu?"

"Tukang sihir."

"Apa yang membuatmu gembira?"

"Bersumpah dengan cerai."

"Siapa kekasihmu?"

"Orang yang meninggalkan shalat jumaat"

"Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?"

"Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja."

Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas

Rasulullah SAW lalu bersabda : "Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu."

Iblis segera menimpali:

"Tidak,tidak... tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir.

Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas."

"Siapa orang yang ikhlas menurutmu ?"

"Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku."

Iblis Dibantu oleh 70.000 anak - anaknya

Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.

Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak - anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanta - wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.

Aku punya anak ynag suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.

Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.

Syaithan juga berkata,"keluarkan tanganmu", lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.

mereka, anak - anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.

Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.

Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.

Cara Iblis Menggoda

Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?

Akulah mahluk pertama yang berdusta.

Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.

Tahukah kau Muhammad?

Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar - benar menasihatinya.

Sumpah dusta adalah kegemaranku.

Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.

Kesaksian palsu kegembiraanku.

Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata - kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak - anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya 'lihat kiri dan kananmu', iapun menoleh. pada saat iatu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan 'shalatmu tidak sah'

Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.

Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.

jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.

Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.

Dan iapun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padaknya, 'kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.'

Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.

Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.

Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?"

10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT

"Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?"

"10 macam"

"apa saja?"

"Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. Allah berfirman,

"berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan." (QS Al-Isra :64)

Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.

Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.

Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.

Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.

Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.

Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.

Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.

Aku minta agar Allah memberikanku saudara , maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.

Allah berfirman, "Orang -orang boros adalah saudara - saudara syaithan. " (QS Al-Isra : 27).

Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.

Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.

Allah menjawab, "silahkan", dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.

Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.

Iblis berkata : "wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda."

jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun...!!!

Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.

Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini.

Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.

Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.

Rasulullah SAW lalu membaca ayat :

"Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT" (QS Hud :118 - 119) juga membaca,

"Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku" (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata:

"Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong."

Dari mulut ulama


Ambillah ilmu dari mulut ulama bermazhab dan sholeh
Dalam tulisan kami sebelumnya pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/31/gigitlah-as-sunnah/  kami menghimbau untuk “menggigit” As Sunnah dan sunnah Khulafaur Rasyidin berdasarkan pemahaman pemimpin ijtihad (Imam Mujtahid) / Imam Mazhab dan penjelasan dari para pengikut Imam Mazhab sambil merujuk darimana mereka mengambil yaitu Al Quran dan as Sunnah.
Terhadap tulisan kami tersebut, mereka mengatakan bahwa kami telah memfitnah ulama  Al Albani.
Kami tidak bermaksud memfitnah maupun menghujat ulama Al Albani namun kami berupaya menyampaikan dan meluruskan kesalahpahaman yang telah terjadi selama ini karena Allah ta’ala semata dan sekaligus sebagai upaya menegakkan Ukhuwah Islamiyah ditengah-tengah perselisihan (perbedaan pemahaman) diantara kaum muslim dikarenakan kesalahpahaman mereka
Ulama Al Albani pada kitab beliau berjudul “Shifatu Shalaati An-Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa sallama min At-Takbiiri ilaa At-Tasliimi Ka-annaka Taraahaa” , edisi Indonesia berjudul “Sifat Shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam”, penerbit Media Hidayah  ada menyampaikan perkataan Imam Mazhab yang empat. Contohnya diuraikan dalam tulisan pada http://kajianislamsunnah.blogspot.com/2011/10/pernyataan-para-imam-untuk-mengikuti_3450.html
Perkataan para Imam Mazhab yang empat tersebut adalah sebagai bentuk sikap tawadhu (rendah hati) mereka. Mereka mengingatkan kita untuk meninggalkan pendapat/pemahaman mereka khusus yang menyelisihi sunnah Rasulullah. Itupun kalau memang ada.
Perkataan para Imam Mazhab yang empat tersebut  bukanlah perintah untuk meninggalkan keseluruhan pendapat/pemahaman mereka. Berdasarkan perkaatan para Imam Mazhab yang empat tersebut  maka kita mengikuti pendapat/pemahaman para Imam Mazhab sambil merujuk darimana mereka mengambil yaitu Al Quran dan as Sunnah.
Begitupula ulama Al Albani dalam kitab yang sama “menyalahgunakan” firman Allah ta’ala yang artinya, “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). “. (QS Al-A’raaf [7] : 3)
Para ahli tafsir menyampaikan larangan mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya maknanya adalah larangan mengikuti pemimpin yang membawa kepada kesesatan bukan larangan mengikuti pemimpin ijtihad kaum muslim atau imam mujtahid alias Imam Mazhab, mereka yang mentaati Allah dan RasulNya.
Kaum muslim pada umumnya adalah tidak berkompetensi sebagai imam mujtahid maka sebaiknyalah mengikuti pendapat pemimpin ijtihad kaum muslim atau Imam Mazhab yang dikenal sebagai muqallid sambil merujuk kepada Al Qur’an dan Hadits. Boleh dikatakan pada masa kini semakin sangat sulit untuk menjadi Imam Mujtahid Mutlak karena hadits tidak terbatas pada apa yang telah dibukukan namun sebagian dalam bentuk hafalan dan umumnya sudah terlupakan sanadnya dan sebagian matan/redaksinya masih ada yang mengingatnya.  Imam Mazhab pada sewaktu mereka berijtihad dan beristinbat mereka mengetahui hadits lebih banyak dari apa yang telah dibukukan.
Kita umat muslim sebaiknyalah mentaati dan mengikuti Imam Mazhab karena mereka telah disepakati oleh jumhur ulama memiliki kompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak. Imam Mazhab telah diakui terbaik dalam memahami pemahaman Salafush Sholeh.
Segelintir umat muslim terkecoh oleh ulama yang tanpa disadari telah berbohong karena mereka mengatakan atau mengaku-aku bahwa apa yang mereka pahami dan sampaikan adalah  pemahaman Salafush Sholeh. Tentulah  mereka tidak pernah bertemu dengan Salafush Sholeh untuk mengkonfirmasi pemahaman Salafush Sholeh sebenarnya.  Kenyataannya adalah  pemahaman mereka sendiri terhadap lafaz/tulisan perkataan Salafush Sholeh dimana upaya pemahaman mereka tentulah bisa benar dan bisa pula salah, terlebih lagi  mereka tidak dikenal berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak. Ulama-ulama tersebut diantaranya ulama Ibnu Taimiyyah (pelopor) , Ibnu Qoyyim Al Jauziah (pengikut Ibnu Taimiyyah), Muhammad bin Abdul Wahhab (pengikut Ibnu Taimiyyah) dan termasuk Al Albani yang merupakan pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab.
Mereka adalah ulama-ulama korban dari ghazwul fikri (perang pemahaman) kaum Zionis Yahudi. Upaya ghazwul fikri (perang pemahaman) kaum Zionis Yahudi telah kami sampaikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/26/bukti-korban/  atau pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/24/korban-perang-pemahaman/
Mereka dikenal oleh orang awam sebagai ulama pembaharu (mujaddid) namun pada hakikatnya pemahaman mereka yang baru dalam arti menyelisihi pemahaman pemimpin ijtihad kaum muslim.
Mereka adalah ulama-ulama yang tidak mentaati pemimpin ijtihad kaum muslim atau imam mujtahid alias Imam Mazhab. Mereka berupaya memahami Al Qur’an dan Hadits dengan akal pikiran mereka sendiri. Mereka dikenal belajar agama lebih bersandar kepada belajar sendiri (otodidak).  Pemahaman mereka, kebanyakan bukan didapatkan dari mulut para ulama ( talaqqi ) atau tidak ber sama’  (mendegar) kepada lisan para guru namun mereka mencukupkan diri dengan muthala’ah (menelaah) kitab-kitab dengan akal pikiran mereka sendiri.
Al Hafidz Abu Bakar Al Khatibh Al Baghdady mengatakan bahwa “… ilmu tidak dapat diambil kecuali dari mulut para ulama” .
Para ulama menyampaikan bahwa ilmu yang hanya didapat dengan belajar sendiri (otodidak) maka kemungkinan besar akan dapat berakibat kepada pelaksanaan ibadah fasidah (ibadah yang rusak) atau dapat menjerumuskan kedalam tasybihillah bikholqihi (penyerupaan Allah dengan makhluq Nya) atau implikasi negative lainnya.
Terjerumus kedalam tasybihillah bikholqihi (penyerupaan Allah dengan makhluq Nya)  sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra. Beliau  berkata : “Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir.
Seseorang bertanya kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran?”
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : “Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta mereka (Allah Subhanahu wa ta’ala) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan.” (Imam Ibn Al-Mu’allim Al-Qurasyi (w. 725 H) dalam Kitab Najm Al-Muhtadi Wa Rajm Al-Mu’tadi)
Untuk itulah kita wajib menghindari terjerumus dalam kekufuran karena kesalahpahaman. Hal ini telah kami uraikan dalam tulisan pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/16/terjerumus-kesyirikan/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/18/mereka-terindoktrinisasi/
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/18/2011/06/20/hindari-kekufuran-itiqod/
Pada hakikatnya jalan kesalamatan (firqatun najiyah) adalah mengikuti pemahaman/pendapat pemimpin ijtihad kaum muslim alias Imam Mazhab berikut penjelasan dari para pengikut Imam Mazhab sambil merujuk darimana mereka mengambil yaitu Al Quran dan as Sunnah.
Ambillah ilmu dari mulut (talaqqi) ulama  bermazhab dan sholeh. Bermazhab adalah jalan keselamatan dan sholeh adalah indikator pengikut Rasulullah sebagaimana telah kami sampaikan dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/24/indikator-dekat-denganya/
Salah satu ciri dalam metode pengajaran talaqqi adalah sanad. Pada asalnya, istilah sanad atau isnad hanya digunakan dalam bidang ilmu hadits (Mustolah Hadits) yang merujuk kepada hubungan antara perawi dengan perawi sebelumnya pada setiap tingkatan yang berakhir kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- pada matan haditsnya. Namun, jika kita merujuk kepada lafadz Sanad itu sendiri dari segi bahasa, maka penggunaannya sangat luas. Dalam Lisan Al-Arab misalnya disebutkan:
Isnad dari sudut bahasa terambil dari fi’il “asnada” (yaitu menyandarkan) seperti dalam perkataan mereka: Saya sandarkan perkataan ini kepada si fulan. Artinya, menyandarkan sandaran, yang mana ia diangkatkan kepada yang berkata. Maka menyandarkan perkataan berarti mengangkatkan perkataan (mengembalikan perkataan kepada orang yang berkata dengan perkataan tersebut)“.
Jadi, metode isnad tidak terbatas pada bidang ilmu hadits. Karena tradisi pewarisan atau transfer keilmuwan Islam dengan metode sanad telah berkembang ke berbagai bidang keilmuwan. Dan yang paling kentara adalah sanad talaqqi dalam aqidah dan mazhab fikih yang sampai saat ini dilestarikan oleh ulama dan universitas Al-Azhar Asy-Syarif. Hal inilah yang mengapa Al-Azhar menjadi sumber ilmu keislaman selama berabad-abad. Karena manhaj yang di gunakan adalah manhaj shahih talaqqi yang memiliki sanad yang jelas dan sangat sistematis. Sehingga sarjana yang menetas dari Al-azhar adalah tidak hanya ahli akademis semata tapi juga alim.
Sanad ini sangat penting, dan merupakan salah satu kebanggaan Islam dan umat. Karena sanad inilah Al-qur’an dan sunah Nabawiyah terjaga dari distorsi kaum kafir dan munafik. Karena sanad inilah warisan Nabi tak dapat diputar balikkan.
Ibnul Mubarak berkata :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )
Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ;  “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan”  Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Selain sanad, ciri dalam manhaj pengajaran talaqqi adalah ijazah. Ijazah ada yang secara tertulis dan ada yang hanya dengan lisan. Memberikan ijazah sangat penting. Menimbang agar tak terjadinya penipuan dan dusta dalam penyandaran seseorang. Apalagi untuk zaman sekarang yang penuh kedustaan, ijazah secara tertulis  menjadi suatu keharusan
Tradisi ijazah ini pernah dipraktekkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika memberikan ijazah (baca: secara lisan) kepada beberapa Sahabat ra. dalam keahlian tertentu. Seperti keahlian sahabat di bidang Al-Qur’an. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda artinya: “Ambillah Al-Qur’an dari empat orang. Yaitu, dari Abdillah ibn Mas’ud r.a., Saidina Salim r.a., Saidina Mu’az r.a. dan Saidina Ubai bin Ka’ab r.a.“. (Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Tulisan kami kali ini kami akhiri dengan pendapat Al Muhaddits Al Kabir Abdullah al Ghumari Al Hasany terhadap ulama Al Albani yang terkenal sebagai ulama yang memahami agama lebih banyak dari belajar sendiri (otodidak) dibandingkan bertalaqqi
Al Muhaddits Al Kabir Abdullah al Ghumari Al Hasany  yang merupakan guru dari Mufty Addiyar Al Mishriyah Al Allamah Al Imam Ali Jum’ah (mufti Mesir). Al Muhaddits Al Kabir Abdullah al Ghumari Al Hasany adalah Al Allamah di bidang hadits dan ilmu lain. Pada awalnya Hafalan hadits beliau mencapai 50.000 hadits baik sanad maupun matannya,namun setelah beliau meninggal banyak ulama yang menjuluki Al Hafidz.
***** awal kutipan *****
..dia adalah Nashiruddin, Al Albani adalah asalnya (Albania). Pada awalnya dia ber i’itikaf di dalam kamar perpustakaan “Al Dzahiriyah” Damaskus disana dia berkutat membaca buku dan betah untuk membaca.
Setelah itu dia menyangka bahwa dirinya telah menjadi profesional dalam urusan agama. Dia memberanikan diri untuk berfatwa dan mentashhieh hadits atau mendha’ifkannya sesuai dengan keinginan hawa nafsunya. Juga dia berani menyerang ulama yang mu’tabar (yang berkompeten di bidangnya) padahal dia mandakwa bahwa “hafalan”hadits telah terputus atau punah. Maka akibatnya bisa anda saksikan terkadang dia menganggap buruk pendapat para ulama juga mendha’ifkan hadits yang baik-baik dan menganggapnya lemah, sampai sampai shahih Bukhari dan shahih Muslim pun tidak selamat dari koreksinya.
Berdasarkan hal tersebut (dia tidak berguru) maka isnadnya maqthu’ (silsilah keilmuannya terputus) dan kembali kepada kitab kitabnya yang ia teliti, kembali kepada juz juz yang ia baca dengan tanpa Talaqqi (belajar kepada guru).
Dia pernah mendakwakan dirinya sebagai kholifah (penerus) Assyaikh Badruddin Al Hasani (salah satu guru Al Ghomari,pen) yang beliau adalah seorang ulama yang tidak pernah terlepas dari biji tasbih dari tangannya meskipun sedang mengajar,dan anehnya ia menganggap bid’ah kepada orang yang mengenakannya (biji tasbih).
Lalu dia (al Albani) mendakwakan dirinya telah mencapai derajat “penghafal hadits” dan mampu mentashhieh hadits sehingga pengikut pengikutnya menyangka bahwa dia adalah “muhadits” dunia seluruhnya. Apakah dengan sekedar ijazah dari sangkaan seseorang lantas dia boleh berbicara /koreksi atas hadits Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam..??
Kemudian berdasarkan persaksian dari para ulama di zamannya dari para ulama Dimasyq menyatakan bahwa dia tidak hafal matan-matan hadits apalagi sanad-sanadnya. Bahkan keilmuannya tidak mencapai untuk menilai sebuah matan hadits kemudian meneliti rijal (para perowi)nya di kitab kitab “Al Jarh watta’diil”, sehingga berangkat dari  itu semua dia menghukumi sebuah hadits dengan menshahihkan dan mendha’ifkan nya dalam keadaan “tidak tahu” bahwa sebuah hadits mempunyai jalan riwayat, syawahid (hadits lain sebagai saksi penopang) dan mutaba’at (penelusuran susulan). Dia juga lupa bahwa seorang “Al Hafidz“ (penghafal 100 ribuan hadits sanad dan matannya) mempunyai “otoritas” menshahihkan dan mendha’ifkan sebuah hadits sebagaimana yang di katakan oleh Al Hafidz As Suyuthy dalam “Al Fiyah” nya(kitab nadzom ilmu hadits diroyah 1000 bait)
كَما قَال السُيوطِي فِي ألفيته:
وخذه حَيث حَافظ عليه نص ** أو من مصنَّف بِجمعه يخص
artinya:
Maka ambillah hadits ketika telah di” nash” oleh seorang Al Hafidz………atau dari kitab susunannya yang khushus untuk kodifikasi hadits tersebut.
Begitulah hukum sebenarnya dimana bahwa ilmu agama tidak diambil dari “Muthola’ah” atas kitab-kitab ansich dengan mengesampingkan “Talaqqi” (mengaji) kepada Ahl Al Ma’rifah Wa Al Tsiqoh (ahli pengetahuan khushush dan dapat dipercaya) dikarenakan terkadang dalam beberapa kitab terjadi “penyusupan” dan “pendustaan” atas nama agama atau terjadi pemahaman yang berbeda dengan pengertian para “salaf” maupun “kholaf” sebagaimana mereka (para ulama) saling memberi dan menerima ilmu agama dari satu generasi ke generasi lainnya maka pemahaman yang berbeda dengan ulama salaf maupun kholaf itu dapat berakibat kepada pelaksanaan “Ibadah fasidah” (ibadah yang rusak) atau dapat menjerumuskan kedalam “Tasybihillah Bikholqihi” (penyerupaan Allah dengan makhluq Nya) atau implikasi negative lainnya.
Cara seperti itu adalah bukan cara “belajar” dan cara menuntut ilmu yang dilakukan ulama salaf dan kholaf sebagaimana yang telah dikatakan oleh Al Hafidz Abu Bakar Al Khatibh Al Baghdady, “… ilmu tidak dapat diambil kecuali dari mulut para ulama
Maka jelaslah tidak diperbolehkan mempelajari ilmu agama kecuali dari orang yang “arif” dan tsiqoh yang mengambil ilmu dari tsiqoh………..dst sampai ke para Shahabat ra. Sehingga orang yang mengambil Al Qur’an dari Mushhaf dinamakan “Mushhafy” tidak dapat disebut “Qari” begitulah seperti yang dikatakan Al Hafidz Khathib Al Baghdady dalam kitabnya yang berjudul “alfaqih wal mutafaqqih” bersumber dari sebagian ulama salaf.
Cukuplah bagi kita sebagai anjuran untuk “talaqqi”(menerima ilmu dari guru) sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَن يُرد الله بهِ خَيراً يُفقّهه فِي الدِين, وفِي رِوَاية زيادة: “إنَما العِلم بالتعلُمِ, والفِقه بالتفقّه
Artinya: barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah subhanahu wa ta’ala maka ia diberi pemahaman dalam agama dalam sebuah riwayat ada tambahan…” bahwa ilmu hanya (didapat) dari Belajar….(HR Al Bukhory, Muslim, Ahmad di musnadnya dan lain lain)
Terdapat juga di al mu’jam al kabir imam thabrany 19/395 Al Hafidz di Al Fath mengatakan ”isnadnya baik” 131/1
ورَوى مُسلم فِي صحيحهِ عَن ابن سِيرين أنهُ قَال: ” إنّ هَذا العِلم دِين فانظرُواعمّن تأخذُون دينكُم”.
Imam Muslim dalam shahihnya meriwayatkan dari Ibnu Sirin ia berkata: ”bahwa ilmu ini adalah agama maka lihatlah kepada siapa kalian mengambil agama kalian
أخرجهُ مُسلم فِي صَحيحهِ: المُقدمة: بَاب بَيان أن الإسنَاد مِن الدِين, وأنَ الرِوَاية لا تكُون إلاّ عَن الثقات, وان جرح الرواة بِما هُو فيهم جَائِز بَل وَاجِب وأنهُ ليسَ مِن الغِيبة المُحرّمة بَل مِن الذبّ عَن الشَريعة المُكرّمة
Hadits tadi diriwayatkan Imam Muslim di Muqaddimah shahihnya bab: menerangkan bahwa isnad itu bagian agama dan bahwa meriwayatkan hadits itu tidak boleh terjadi kecuali dari orang yang tsiqot(dipercaya) dan bahwa mencela “periwayatan” itu diperbolehkan asal sesuai dengan kenyataan bahkan wajib bukan termasuk “ghibah” yang diharamkan namun dengan tujuan “mempertahankan” syari’at yang dimuliakan.
Imam Abu Hayyan Al Andalusy berkata:
وقَال أبو حَيان الأندلسِي:
يظنّ الغُمْرُ أن الكُتْبَ تَهدي ** أخَا جَهلٍ لإدْراكِ العُلومِ
ومَا يَدري الجهولُ بأنّ فِيها ** غَوامِض حَيّرت عَقلَ الفهيمِ
إذا رُمت العُلومَ بغيرِ شيخٍ ** ضللتَ عَن الصِراط المُستقِيم
وتلتَبِسُ الأمُورُ عليكَ حَتى ** تصيرَ أضلَّ مِن تُوما الحَكيم
Artinya:
khalayak ramai menyangka bahwa kitab kitab itu dapat menuntun orang bodoh untuk menggapai ilmu……
padahal orang yang amat bodoh tidak tahu bahwa di dalam kitab kitab itu banyak masalah rumit yang membingungkan akal orang cerdas.
Apabila engkau mencari ilmu tanpa guru…..maka engkau dapat tersesat dari jalan yang lurus.
Maka segala hal yang berkaitan akan menjadi samar buatmu hingga engkau menjadi lebih sesat dibanding si Thomas (ahli filsafat). (Hasyiyah Al Thalib Ibnu Hamdun ala Lamiyat Al ‘Af’al hal 44)
Assyaikh Habiburrahaman Al A’dzhami Muhaddits daratan India berkata dalam Muqaddimah bantahan nya terhadap Al Albany dengan judul “mablagh ilm al Albany” (kapasitas keilmuan Al Albany) dengan teks sebagai berikut….
“Syekh Nashiruddin Al Albany adalah orang yang sangat menyukai untuk menyalahkan orang orang yang sangat brilian dari kalangan pembesar para ulama dan dia tidak memperdulikan siapapun orangnya. Maka dapat anda lihat terkadang dia melemahkan riwayat Imam Bukhary dan Imam Muslim dan ulama lainnya yang dibawah level ke dua imam tadi………dan hal itu terjadi di banyak tempat sehingga sebagian orang yang bodoh dan yang terbatas pemikirannya dari kalangan ulama menyangka bahwa Al Albani adalah orang yang profesional pada abad ini dan kemahirannya jarang ditemukan semacam dia di era sekarang. Semacam inilah hal yang dibanggakan olehnya di berbagai tempat dengan mengeluarkan kotorannya sehingga para pembaca melirikkan pandangan mereka dan terkadang dia mengatakan: ”aku mendapatkan tahqiq (pernyataan) semacam ini dan tidak akan kau temukan di lain tempat (maksudnya di kitab lain-yang menurut dia- tidak terdapat pernyataan semacam itu).
terkadang dia mendakwa bahwa dirinya “di istimewakan” oleh Allah di abad ini untuk meneliti atas hadits hadits tambahan dalam kondisi perbedaan riwayatnya yang tersebar di kitab kitab yang berserakan sehingga ia telah mencapai hal yang belum pernah diraih para Muhaqqiqqiin yang telah lampau maupun yang akan datang.
Namun orang yang “mengenal” al Albany dan orang yang meneliti biografinya ia pasti mengetahui bahwa dia tidak mendapatkan ilmu dari “mulut para ulama” dan dia belum pernah duduk bersimpuh di depan pengajian para ulama , padahal ilmu itu harus didapat dengan cara ta’allum (mengaji).
Ada berita sampai kepada saya bahwa hafalan kitabnya tidak melebihi “mukhtashor al qodury” dan profesi keahlian sebenarnya adalah “mereparasi jam” yang dirinya mengakui hal ini dan membanggakannya, padahal cara mendapatkan ilmu dengan ta’allum tersebut adalah hal yang telah lazim dikenal dikalangan pelajar hadits di seluruh madrasah kami(india).Begitulah apa yang telah dinyatakan oleh Assyaikh Muhaddits diyar al Hindiyah الألبَانِي أخطاؤه وشُذوذه 1/9
Inilah kapasitas keilmuan Al Albany,maka bila kau membaca kitab kitabnya akan kau temukan tanda yang jelas karena dia menyebut apa yang ia katakan shahieh akan berlawanan dengan apa yang dikatakan dengan dha’ief hingga kau temukan dia merubah hadits hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sesuatu yang tidak boleh diakukan oleh Ahlul ilmi bil hadits. Pada akhirnya dia mendha’ifkan yang shahieh dan menshahiehkan yang dhai’ef. Ini adalah polah tingkah orang yang belum pernah menghirup aroma “ilmu” dan cara orang yang belum pernah mengenal para “guru” dan belum pernah sama’ (mendengar) dari teks teks lafadz mereka. Saya tidak melihat dia kecuali orang yang membaca kitab dan menganggap bahwa mencari ilmu itu tidak butuh terhadap bimbingan dan talaqqi para guru. Padahal kita sungguh mengetahui bahwa seorang penghafal hadits tidak hanya mencukupkan diri dengan muthala’ah tanpa berkeliling mencari ilmu dari para guru dari biografi mereka dan mereka sama’ (mendengar riwayat hadits) sebagaimana orang orang sebelum mereka ber sama’ kepada para guru ……begitulah adat kebiasaan “Ahli Isnad”.
Termasuk diantara “cacat” al Albany adalah dia berani mengkoreksi Imam Imam Besar,cukuplah sebagai celaan bahwa dia mengkoreksi dan berani terhadap hadits shahih Imam Bukhory dan shahieh Imam Muslim, oh….seandainya saja dia mendhaifkan hadits hadts tadi berdasarkan ilmu dan ma’rifah…..namun sayang dia mendhaifkannya karena kebodohan dan keculasan.
Siapapun orang yang mau melihat kitab kitabnya dengan pemahaman dan pengetahuan yang baik dan menjauhkan diri dari “ta’ashshub” (fanatisme) dan buang jauh jauh kebodohan yang berbahaya maka akan menjadi jelas bagi dia bahwa Al Albani adalah orang yang sangat lemah dalam ilmu hadits baik matannya maupun rijalnya.
Diantara cacat Al Albany yang fatal adalah dia menuduh orang yang mengingkarinya dengan si “pembuat bid’ah” dan dia sendiri lah yang sunny  (Ahlus Sunnah) dengan pengikutnya sehingga berhak masuk sorga dan penentangnya adalah ahlulbid’ah yang akan masuk neraka. Tujuannya tidak lain hanyalah untuk mencapai “kemasyhuran” dia ingin menjadi yang terhebat di zamannya dan mengungguli pendahulu pendahulunya.
Kesimpulannya Al Albany dan fatwa fatwa dan istinbat nya adalah merupakan bencana untuk kaum muslimin. Bisa anda lihat bagaimana dia membid’ahkan berdzikir dengan biji tasbih, membaca al Qur’an untuk mayyit….juga di kitab kitabnya banyak kesesatan yang nyata apalagi di syarah Al Thohawy. Maka sesuai dengan pernyataan di atas apa yang dikatakan oleh Assyaikh Muhammad Yasin Al Fadany yang masyhur bahwa Al Albany itu “Dhaallun mudhillun”(sesat dan menyesatkan).
Juga sesuai dengan pernyatan Syaikh Al Muhaddits Habiburrahman: ketika aku membaca karangan Al albani dalam pembahasan seperti ini dan yg lainnya, aku menjadi teringat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
إن ممَا أدرَك النَاس مِن كلام النُبوة الأولى إذا لَم تستحِ فاصْنع مَا شِئت”.
“sungguh apa yang dapat di tangkap oleh manusia dari perkataan Nubuwwah yang pertama adalah “kalau kau tidak tahu malu maka berbuatlah sesukamu…”
Sekarang kami katakan kepada para pengikut Al Albani dan yang terbujuk rayu ucapan-ucapannya dan kepada orang orang yang tertipu dengan slogan slogannya,
“kembalilah kalian kedalam ajaran yang baik yang sudah ada, ikutilah jalan para Abror…..ikutilah jalan yang lurus campakkan jalan orang yang menyimpang dari “Annahj al mustaqiim”….
Takutlah kalian untuk memberanikan diri atas kalam Rasulillah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tanpa didasari ilmu, jangan kalian terperdaya oleh orang yang sesat meskipun dia mempunyai puluhan karangan dan buku.
Oh…..betapa buruknya keberanian mengkoreksi dan berkecimpung tanpa ilmu atas hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ya Allah kami memohon kepada Mu keselamatan dan penjagaan …..
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قَال الله تَعالى: (وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمُ إنَّ السَّمْعَ والبَصَرَ والفُؤَادَ كُلُ أوْلئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً) 36 [ سُورة الإسراء].”
janganlah kau ikuti apa yang kamu tidak mengetahui karena pendengaran, pengelihatan dan hati itu semuanya akan dipertanggung jawabkan” (QS Al Isra [17]:36)
***** akhir kutipan *****
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830