Posted by Annisa Evi Mu' on 10:27 PM
Syech Abdurrahman al-Midani dalam bukunya, Mengungkap Kepalsuan Aliran-aliran Kontemporer menyatakan, "Munculnya faham nasionalisme (kebangsaan) di Eropa sebagai ganti dari ikatan keagamaan adalah sesudah dominannya faham sekuler, melemahnya ikatan keagamaan di tengah rakyat serta habisnya peran agama dalam bidang politik secara total."
Di tengah usaha menyusun rekayasa menentang Islam dan kaum muslimin, timbullah dalam tubuh kaum muslimin propaganda-propaganda paham nasionalisme. Berkat kecenderungan faham ini serta faham sekuler, maka sukseslah usaha menyusun rekayasa menumbangkan khilafah Islamiyah dan memberi kesempatan negara-negara imperialis mencaplok sebagian besar negara dan bangsa Arab. Kemudian muncul perhimpunan-perhimpunan kebangsaan lalu partai-partai dan organisasi kebangsaan merealisasikan sekulerisme dan menegakkan nasionalisme sebagai ganti dari ikatan agama Islam. (hal. 263-264).
Ketika nasionalisme terekspresikan dalam golongan atau partai, maka umat Islam wajib berjuang dalam institusi Islam atau katakanlah partai Islam. Mereka harus mengerahkan segala tenaga dan potensi dalam rangka memenuhi kewajiban yang dibebankan di atas pundak seraya terus menerus meletakkan di mata mereka peringatan-peringatan dari Tuhan yang menguasai langit dan bumi. Seperti firman Allah: "Hai orang yang beriman, janganlah kamu ambil pemyimpanan rahasiamu selain dari padamu, mereka itu tiada segan untuk membinasakanmu, mereka bercita-cita hendak memberi kemelaratan kepadamu. Sesungguhnya telah terang (perkataan) kebencian dari mulut mereka, dan apa-apa yang disembunyikan oleh dadanya lebih besar (kejahatannya)." (QS. Ali Imron: 118). Ada yang menafsiri Bithanah adalah para sahabat dekat dan orang tertentu dimana kaum muslimin memperlihatkan pada mereka rahasia dan rencana-rencananya.
Saya yakin, bahwa berkiprah dalam jama'ah Islam (kelompok) sesudah yakin akan kebenaran orientasinya. Keselamatan prinsip-prinsip dan keislaman elemen-elemennya merupakan jihad yang bernilai pahala jika disertai niat yang tulus. Sudah maklum bahwa posisi jihad dalam Islam laksana puncak ketinggian Islam dan pagar bagi dasar-dasarnya. Jihad adalah jalan untuk melindungi negara-negara Islam dan kaum muslimin serta dasar Islam yang paling utama, karena ia jembatan menuju kekuatan, kemuliaan dan kekuasaan. Oleh karena itu, jihad adalah kewajiban yang kukuh dan sesuatu yang terus berlanjut hingga hari kiamat. Suatu bangsa tidak meninggalkan kecuali mereka akan menjadi hina, diperangi di tengah wilayah mereka, dihinakan Allah dan para manusia jahat dan busuk dijadikan Allah sebagai penguasa mereka. Allah berfirman: "Berjuanglah kamu di jalan Allah dengan sebenar-benarnya perjuangan." (QS. Al-Hajj: 78).
Banyak hadits Nabi yang menjelaskan keutamaan jihad dan statusnya sebagai amal paling utama di sisi Allah. Rasulullah pernah ditanya: ‘Amal apakah yang paling utama?', Nabi menjawab: "Iman kepada Allah dan Rasul-Nya." Lantas apa?, "Jihad di jalan Allah", lantas apa?, "Haji yang mabrur". Dalam hadits lain, nabi bersabda: "Sungguh pergi di pagi hari atau sore hari demi kejayaan agama Allah itu lebih baik dari dunia seisinya."
Kemudian agar jihad berjalan pada jalan yang benar serta membawa hasil yang diharapkan harus berdiri pada asas persatuan dan solidaritas diantara kaum muslimin jika ditemukan beberapa aliran serta pemikiran diantara mereka. Apalagi jika perbedaan tersebut hanya dalam persoalan furu' (cabang fiqh) karena praktis tidak ditemukan ditengah kaum muslimin dua orang ulama sepakat dalam segala hal dan persoalan hingga dalam lingkungan satu madzhab dan satu aliran. Jika kita jadikan setiap masalah furu' (fiqh) sebagai faktor untuk menjaga jarak (yang dimaksud bukan konflik, kecuali dalam scope jihad yang dibenarkan oleh agama), maka akan ada dua orang muslim yang menjalin hubungan persaudaraan dan persahabatan.
Di sana terdapat orang-orang yang senantiasa siap siaga menyalakan api peperangan dalam tubuh kaum muslimin dengan menciptakan konflik-konflik dalam hal furu' untuk menjaga jarak antara mereka. Kecenderungan semacam ini sudah cukup untuk memecah belah kaum muslimin dan menjadikan pihak lain menunggangi mereka sebagaimana realitas yang terjadi sekarang ini. Mereka (kaum muslimin) lupa bahwa semestinya menjaga jarak terjadi antara mereka dan pihak lain yang non muslim. Adapun jika hal ini terjadi dalam tubuh internal kaum muslimin di sebabkan oleh masalah furu', maka hal ini adalah penyimpangan sangat tragis.
Cukuplah rosulullah sebagai teladan dalam hal berjihad dan menyampaikan risalah. Saya yakin sepenuhnya bahwa kunci kesuksesan dan keberhasilan tidak lain dengan mengikuti arahan- arahan Nabi dan memilih metode yang telah di tempuh beliau dan para sahabatnya dan yang berdasarkan doktrin dan wahyu dari Allah SWT.
Rosulullah telah mempersaudarakan antara kaum muslimin dari golongan Muhajirin dan Ansor serta Aus dan Khazroj dan menjadikan mereka sebagai komunitas tunggal yang erat saling menguatkan dan mampu menunjukkan satu sikap yang sama dalam menghadapi kaum yahudi. Mereka bergerak menuju satu tujuan dengan mengabaikan persaingan dan konflik yang terjadi diantara mereka sebagaimana konflik yang terjadiantara Bani Hasyim dengan Bani Abdi syams dan antara Aus dan Khazroj.
Semua perseteruan di muka lenyap didepan satu tujuan yaitu meninggikan bendera Islam dan tegaknya agama ini. Dan mereka berubah menjadi satu keluarga ibarat tubuh yang satu. Kesamaan aqidahlah yang mengikat jiwa mereka dan yang mengalahkan ikatan-ikatan darah dan keturunan (primordialisme), fanatisme dan persahabatan. Seluruh kaum muslimin di Madinah menjadi saudara yang saling mencintai karena Allah. Akhirnya mereka sukses berkat pertolongan Allah dan kemenangan yang dekat.
Realitas diatas mengandung peringatan yang semestinya dijadikan pelajaran oleh kaum muslimin dalam perjuangan dan jihad mereka demi meraih kemenangan dan pertolongan Allah serta mewujudkan program mereka, khususnya dalam lapangan kancag politik pada saat setiap kelompok berambisi mendirikan partai dengan misi dan aspirasi-aspirasinya yang jauh dari spirit, doktrin dan prinsip-prinsip Islam.
Disitu harus ada usaha keras secara kolektif yang harus dikerahkan oleh setiap umat Islam dengan seluruh aliran (yang tidak menyaimpang dari prinsip Islam), kecenderungan dan madzhab mereka dan menyaingkirkan sejauh mungkin potensi-potensi konflik serta berjuang bersama menciptakan keharmonisan dalam atmosfir persahabatan dan persaudaraan. Semua kelompok harus berlomba-lomba untuk menggapai tujuan bersama yang mulia dan didambakan yaitu memuliakan Islam dan kaum muslimin.
Islam harus mempunyai peran yang efektif dalam mengelola urusan-urusan kenegaraan dalam rangka memenuhi kewajiban menegakan keadilan yang menjadi tanggung jawab yang dibebankan di pundak mereka.
Saya yakin dan saya berharap berada dalam penilaian yang objektif, bahwa Partai Persatuan Pembangunan adalah partai berasal dari kumpulan partai-partai Islam, yaitu: Nahdlatul Ulama' (NU), PERTI, MI dan SII. Saya yakin pula bahwa Partai ini (PPP) adalah partai mencerminkan barisan kelompok Islam ideal dalam lapangan polotik yang sudah sepantasnya kaum muslimin menaruh kepercayaan kepadanya, dimana asas dari partai ini adalah Islam dengan lambang Ka'bah untuk menyatukan kaum muslimin menuju satu visi. Misi dari partai ini adalah berjuang dan berjihat menegakkan simbol-simbol keagamaan termasuk dalam hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan hukum yang mengikat kaum muslimin seperti UU pernikahan, UU pendidikan nasional dan menentang kemunkaran baik dalam bidang moral dan aqidah (keyakinan) yang bertentangan dengan doktrin-doktrin agama Islam.
Sejarah telah mencatat periode dimana partai ini memerankan peranan penting semenjak berdiri dalam menyampaikan risalah sucidalam batas-batas yang mungkin dicapai di dalam negara dan kekuasaan yang berasaskan Pancasila, meskipun kecurigaan-kecurigaan terus dilontarkan oleh mereka yang tidak menyukai berkembangnya Partai ini. Diantara kecurigaan-kecurigaan tersebut adalah tuduhan bahwa kembalinya Partai ini ke asas Islam dalam asumsi mereka, tidak lain hanya ingin menjadikan islam sebagai kendaraan untuk mereaih kepentingan-kepentingan politik. Islam diperlakukan secara munafiq dan riya' (pamer; jawa) untuk merealisasikan tujuan-tujuan material demi kepentingan pribadi. Kecurigaan ini adalah kecurigaan yang tidak bermutu, tidak berdasar dan tidak sesuai dengan realitas empiris.
Berangkat dari sini, saya memandang PPP mencerminkan kelompok Islam dalam kancah politik yang membawa misi amar ma'ruf nahi munkar, risalah jihad dan berpegang teguh pada wasiat (pesan) Rasulullah SAW yaitu: "Tetaplah kamu dalam jama'ah kaum muslimin dan pemimpin mereka", konsekuensi logisnya bernaung di bawah bendera Partai ini, merupakan pelaksanaan amanah syari'ah dan konsisten dengannya. Dalam hal ini, saya melihat tidak adanya penodaan apapun terhadap perintah-perintah Allah dan tidak terdapat kelancangan terhadap doktrin-doktrin agama menyangkut hal-hal yang menuntut untuk keluar dari partai ini dan bernaung di bawah kelompok atau Partai lain.
Maka tidak ada alternatif bagi saya kecuali tetap istiqomah dalam menjaga karakter partai ini dan tetap berkiprah dalam bingkainya. Saya berharap agar sikap saya ini menjadi kata-kata yang hidup untuk tetap setia berada dalam jama'ah (golongan) yang diperintahkan oleh syara'. Ibnu al-Kuwa' bertanya kepada Ali bin Abi Thalib tentang maksud dari as-Sunnah, Bid'ah, Jama'ah dan al-Furqon (perpecahan). Ali menjawab, "Wahai Ibnu al-Kuwa', engkau hafal terhadap masalah, maka fahamilah jawabannya. Demi Allah yang dimaksud as-Sunnah adalah sunnah Muhammad, bid'ah adalah apa yang berbeda dengan as-sunnah, sedangkan jama'ah –demi Allah- adalah berhimpun dengan orang-orang yang berada di jalan yang benar meskipun jumlah mereka sedikit, dan al-Furqon (perpecahan) adalah bergabung dengan orang-orang yang sesat meskipun jumlah mereka banyak."
Mu'adz bin Jabal dalam satu keterangan yang diriwayatkan oleh Amr ibn Maimun berkata: "Wahai Amr Ibnu Maimun, tahukah engkau apakah maksud dari 'al-Jama'ah' itu?", Amr menjawab: "saya tidak tahu", "jama'ah adalah apa yang selaras dengan kebenaran (al-haq) meskipun kamu sendirian", jawab Mu'adz.
Penyusun kitab Fathul Bari dalam kitabnya menyatakan bahwa pada zaman Imam Ahmad bin Hanbal masyarakat telah menyimpang kecuali sekelompok kecil dari mereka. Kelompok inilah yang disebut jama'ah. Ibnu Qoyyim dalam kitabnya Ighotsatul Lahfan menetapkan pengertian dari jama'ah, ia mengatakan di mana datang perintah untuk tetap berada dalam jama'ah, maka yang dimaksud adalah tetap berada dalam kebenaran dan mengikutinya meskipun sedikit orang yang berpegang kepadanya dan banyak yang melepaskan diri darinya, karena kebenaran adalah jalan yang ditempuh golongan pertama pada zaman Nabi SAW dan Sahabatnya tanpa melihat banyaknya penyebar dan pengikut bid'ah.
Sudah diketahui bahwa empat partai yang berfusi dalam PPP yaitu, N U, MI, SII dan PERTI masing-masing anggotanya telah bercerai berai dan berselisih pendapat. Masing-masing ingin lepas dari PPP, dan mendirikan beberapa partai, sebagai contoh adalah NU, warta organisasi ini terpecah. Masing-masing mendirikan partai yang mana satu dengan yang lain saling bertentangan. Mereka semua menampak-kan permusuhan terhadap PPP, menginginkan lenyapnya partai ini dari kancah perpolitikan negara kita ini. Masing-masing memiliki ambisi sesuai dengan tuntutan kepentingan hawa nafsu mereka dan merubah keputusan yang telah disepakati oleh Ulama NU dalam Muktamar ke-27 tentang keputusan kembali ke Khitthoh 26 dalam meninggalkan urusan-urusan politik praktis dan menjadikan garis perjuangan pokoknya dalam hal yang berkaitan dengan pembelaan terhadap doktrin-doktrin Islam dan meningkat-kan taraf hidup kaum muslimin Indonesia yang mayoritas menganut faham Ahlussunnah wal Jama'ah dalam bidang material dan spiritual.
Oleh karenanya, kita wajib sekuat tenaga untuk mengerahkan semua potensi yang kita miliki dalam rangka menyatukan kaum muslimin Indonesia dan suara mereka dalam satu barisan dan satu Partai (PPP). Allah berfirman: "Janganlah kamu seperti orang-orang yang berpecah belah, bersilang pendapat, setelah datang kepada mereka beberapa keterangan dan untuk mereka itulah siksaan yang besar." (QS. Ali Imron: 105). Hanya kepada Allah saya serahkan segala urusan saya. Ini adalah konsep perjuangan saya yang merupakan jalan saya. Katakanlah, inilah jalanku, aku percayakan kepada Allah atas segala petunjuk-Nya yang jelas dan orang yang mengikutiku. Hanya Allah-lah Dzat yang memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, semoga Allah mencurahkan sholawat dan salam-Nya kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabat Beliau.
Alhamdulillah Rabiil 'alamin.
Sarang, 27 Dzul Hijjah 1419 H.
Maimoen Zubair
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang
http://ahadan.blogspot.com/2011/05/terjemah-taujihat-oleh-kh-maimoen.html
http://ahadan.blogspot.com/2011/05/terjemah-taujihat-oleh-kh-maimoen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar