A. Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن,
وَالصَّلاةُ والسَّلامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمْدٍ طهَ الأَمِيْنَ ,
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطّاهِرِيْنَ, وَمَنِ
اتَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ , وَأَشْهَدُ أَن لا
إِلَهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لاشَرِيْكَ لَهُ , وَلا ضِدَّ وَلا نِدَّ وَلا
زَوْجَةَ وَلا وَلَدَ لَهُ , وَلاشَبِيْهَ وَلا مَثِيْلَ لَهُ , وَلاجِسْمَ
وَلاحَجْمَ وَلاجَسَدَ وَلاجُثَّةَ لَهُ , وَلا صُوْرَةَ وَلاأَعْضَاءَ
وَلا أَدَوَاتِ لَهُ, وَلا أَيْنَ وَلا جِهَةَ وَلاحَيِّزَ وَلا مَكَانَ
لَهُ , كَانَ اللهُ وَلا مَكَانَ وَهُوَ الآنَ عَلَى مَا عَلَيْهِ كَان ,
فَلاتَضْرِبُوا لِلَّهِ الأَمْثَالِ, وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الأَ عْلىَ,
تَنَزَّهَ رَبِّيْ عَنِ الْجُلُوْسِ وَالْقُعُودِ ,وَعَنِ الْحَرَ كَةِ
وَالسُّكُوْنِ وَعَنِ الاِتِّصَالِ وَالانْفِصَالِ ,لايَحُلُّ فِيْهِ شَيْء
, وَلا يُحَلُّ مِنْهُ شَيْء , وَلا يَحُلُّ هُوَ فِيْ شَيْءِ ,لأَنَّهُ
“لَيْس كَمِثْلِهِ شَيْءٌ”, “مَهْمَا تَصَوَّرْتَ بِبَالِكَ فَاللهُ لا
يُشْبِهُ ذَلِك”, “وَمَنْ وَصَفَ اللهَ بِمَعْنًى مِنْ مَعَانِى الْبَشَرِ
فَقَدْكَفَرَ”, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا وَعَظِيْمَنَا,
وَقَائِدَنَا وقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا ,عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَنَبِيُّهُ وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ, صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى كُلِّ رَسُوْلٍ أَرْسَلَهُ .
اللهم صل وسلم وبارك على على سيدنا محمدٍ
نورِ الأَنْوَارِ، وعلى آله وأصحابه الأخْيارِ وعلى التابعين لهم بإحسان ما
بَقِيَ الليلُ والنهارُ.
أَمَّا بَعْدُ؛ مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ
أَرْشَدَكُمُ اللهُ – أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ
فَازَ الْمُتَّقُوْنَ – يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ.
مَعَاشِرَ الْحَاضِرِيْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ
Allah Ta’ala berfirman:
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah (lemah lembut)
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”
(QS. An-Nahl: 125)
Allah Ta’ala berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran:
159)
Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ
يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى
الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut, Dia mencintai
sikap lemah lembut. Allah memberikan pada sikap lemah lembut sesuatu
yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras dan juga akan memberikan
apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya.” (HR. Al-Bukhari no.
6024 dan Muslim no. 2165)
Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau telah bersabda:
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidak berada pada sesuatu
melainkan dia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah
sifat itu dicabut dari sesuatu, melainkan dia akan membuatnya menjadi
buruk.” (HR. Muslim no. 2594)
Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata:
قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي الْمَسْجِدِ
فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ فَقَالَ لَهُمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ
أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ
تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ
“Seorang ‘Arab badui berdiri dan kencing di masjid. Maka para sahabat
ingin mengusirnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda
kepada mereka, “Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan
setimba air -atau dengan setimba besar air-. Sesungguhnya kalian diutus
untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk memberi kesusahan.” (HR.
Al-Bukhari no. 323)
مَعَاشِرَ الْحَاضِرِيْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ
Ar-Rifq adalah sifat lemah lembut di dalam berkata dan bertindak
serta memilih untuk melakukan cara yang paling mudah. (Fathul Bari syarh
Shahih Al Bukhari)
Sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk berhias dengan sifat yang
sangat mulia tersebut, karena ia merupakan bagian dari sifat-sifat yang
dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dengannya pula merupakan sebab
seseorang dapat meraih berbagai kunci kebaikan dan keutamaan.
Sebaliknya, orang yang tidak memiliki sifat lemah lembut, maka ia tidak
akan bisa meraih berbagai kebaikan dan keutamaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan hal ini kepada ‘Aisyah-istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ
“Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Lembut yang mencintai kelembutan dalam seluruh perkara.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Sebagaimana disebutkan pula dalam sebuah hadits:
مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ
“Orang yang dijauhkan dari sifat lemah lembut, maka ia dijauhkan dari kebaikan.” (HR.Muslim)
Sebagaimana telah diterangkan diatas bahwa sifat Ar-Rifq (lemah
lembut) merupakan sifat yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
dan juga dengannya akan bisa meraih segala kebaikan dan keutamaan.
Dengannya pula akan melahirkan sikap hikmah, yang juga merupakan sikap
yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam berkata dan
bertindak.
Dikisahkan dalam sebuah hadits bahwa suatu ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk-duduk bersama para shahabat
radhiyallahu ‘anhum di dalam masjid. Tiba-tiba muncul seorang ‘Arab
badui (kampung) masuk ke dalam masjid, kemudian kencing di dalamnya.
Maka, dengan serta merta, bangkitlah para shahabat yang ada di dalam
masjid, menghampirinya seraya menghardiknya dengan ucapan yang keras.
Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mereka untuk
menghardiknya dan memerintahkan untuk membiarkannya sampai orang
tersebut menyelesaikan hajatnya. Kemudian setelah selesai, beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta untuk diambilkan setimba air untuk
dituangkan pada air kencing tersebut. (HR. Al Bukhari)
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil ‘Arab badui
tersebut dalam keadaan tidak marah ataupun mencela. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam pun menasehatinya dengan lemah lembut:
“Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk membuang benda najis
(seperti kencing, pen) atau kotor. Hanya saja masjid itu dibangun
sebagai tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al
Qur’an.” (HR. Muslim)
Melihat sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang demikian
lembut dan halusnya dalam menasehati, timbullah rasa cinta dan simpati
‘Arab badui tersebut kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka
ia pun berdoa: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah
Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.” Mendengar doa tersebut
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa dan berkata kepadanya:
“Kamu telah mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah).” (HR. Al Bukhari dan yang lainnya)
(Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa doa Arab badui tersebut diucapkan sebelum ia buang air kecil. Wallahu a’lam)
مَعَاشِرَ الْحَاضِرِيْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ
Betapa hati manusia itu, pada asalnya, adalah cenderung
kepada sikap yang lembut dan tidak kasar. Betapa indah dan lembutnya
cara pengajaran dari tauladan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam
terhadap seorang yang belum mengerti. Dengan sikap hikmah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, akhirnya melahirkan rasa simpati dan
membuka mata hati Arab badui tersebut dalam menerima nasehat. Berbeda
halnya tatkala perbuatannya tersebut disikapi dengan kemarahan, yang
akhirnya melahirkan sikap ketidaksukaan. Hal ini bisa dilihat dari
perkataannya: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah
Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.”
Selalu memberikan kemudahan kepada orang lain dan tidak mau
mempersulit urusan merupakan ciri khas akhlak Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Kata beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
sabdanya:
فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِيْنَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِيْنَ
“Hanya saja kalian diperintah untuk memudahkan dan bukan untuk mempersulit.” (HR.Al Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ
وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لاَ
يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi mencintai kelembutan. Dia
memberikan pada sifat kelembutan yang tidak diberikan kepada sifat
kekerasan, dan tidak pula diberikan kepada sifat-sifat yang lainnya.”
(HR. Muslim)
Hadits ini mengandung makna keutamaan sifat lemah lembut, anjuran
untuk berakhlak dengannya, serta tercelanya sifat kasar dan keras.
Sesungguhnya sifat lemah lembut merupakan sebab untuk meraih segala
kebaikan.
Makna lafazh hadits, “Dia (Allah subhanahu wa ta’ala, pen) memberikan
sesuatu pada sifat lemah lembut yang tidak diberikan kepada sifat
kekerasan“, yakni bahwa dengan sifat lemah lembut tersebut, seseorang
dapat melakukan perkara-perkara yang tidak akan bisa dilakukan dengan
sifat yang menjadi lawannya yaitu sifat keras dan kasar. Ada yang
mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan pahala pada
sifat lemah lembut, yang tidak diberikan pada sifat yang lainnya.
Dengan sifat lemah lembut yang ada pada diri seseorang, dapat
menyelamatkannya dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan:
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ يَحْرُمُ عَلَى النَّارِ أَوْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّارُ عَلَى كُلِّ قَرِيبٍ هَيِّنٍ سَهْلٍ
“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang yang diharamkan dari
neraka atau neraka diharamkan atasnya? Yaitu atas setiap orang yang
dekat (dengan manusia), lemah lembut, lagi memudahkan.” (HR. Tirmidzi)
Ar-Rifq merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap muslim, terkhusus seorang muslim
Termasuk diantara akhlak-akhlak yang harus dimiliki oleh seorang
muslim yang berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala adalah bersikap
lapang dada, menampakkan wajah yang ceria dan bersikap lemah lembut
kepada saudaranya sesama muslim. Sifat tersebut akan mendorong untuk lebih mudah diterimanya dakwah
seseorang tatkala ia menyeru ke jalan Allah subhanahu wa ta’ala.
Bahkan terhadap orang kafir tertentu, terkadang perlu untuk bersikap
lemah lembut dalam rangka melembutkan hati mereka untuk tertarik masuk
ke dalam Islam. Telah diketahui bahwasanya Islam adalah sebuah agama
yang ringan dan mudah bagi pemeluknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyatakan:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ
الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا
وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ
“Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Setiap orang yang berusaha
mempersulitnya pasti akan kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah
kepada kesempurnaan, dan berilah kabar gembira, serta ambillah sebuah
kesempatan pada pagi hari, petang serta sebagian dari malam.” (HR. Al
Bukhari)
Islam juga memerintahkan kepada pemeluknya untuk bermuamalah dengan
sifat lemah lembut kepada sesama manusia, dan bahkan terhadap binatang
ternak sekalipun. Sebagaimana dalam hadits:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا
ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ
فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah mewajibkan untuk
berbuat baik atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah
dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan
cara yang baik. Dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan
pisaunya (ketika hendak menyembelih), dan menyenangkan sembelihannya.”
(HR. Muslim)
Ketika seorang mukmin telah berhias dengan kelemahlembutan, maka akan
membuahkan pada dirinya sikap kasih sayang kepada orang lain, dan akan
melahirkan pada diri orang lain sikap kecintaan dan keridhaan, serta
menumbuhkan sikap segan dari pihak lawan kepada dirinya. Sebaliknya,
dengan sikap keras, kaku dan kasar akan membuat lari dan menjauhnya
manusia, dan semakin mengobarkan api kebencian dari orang-orang yang
menanam benih kebencian kepada dirinya. Oleh karena itu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya sifat lemah lembut tidaklah berada pada sesuatu kecuali
akan membuat indah sesuatu tersebut dan tidaklah sifat lemah lembut
dicabut dari sesuatu kecuali akan membuat sesuatu tersebut menjadi
buruk.” (HR. Muslim)
Kesimpulannya adalah sepantasnya bagi seorang muslim untuk menghiasi
dirinya dengan sifat Ar-Rifq didalam memerintahkan kepada perkara yang
ma’ruf (kebaikan) dan melarang dari yang mungkar.
مَعَاشِرَ الْحَاضِرِيْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ
Namun, yang perlu diperhatikan bahwa sifat Ar-Rifq
tidaklah menunjukkan kelemahan atau ketidaktegasan seseorang dalam
berkata dan bertindak. Bahkan dalam sifat Ar-Rifq sendiri, sebenarnya
telah mengandung sikap tegas dalam amar ma’ruf nahi munkar
(memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran). Dan
tidaklah sikap tegas itu identik dengan sikap keras atau kasar. Dalam
keadaan tertentu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersikap
tegas dan keras.
Diantara contohnya:
-Celaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap perbuatan
memanjangkan sholat tanpa memperhatikan keadaan orang-orang yang
berma’mum. (HR. Al Bukhari)
-Sikap keras beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang
makan menggunakan tangan kiri ketika diperintah untuk makan menggunakan
tangan kanan. (HR. Muslim)
-Perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celaka kamu”
terhadap orang yang berlambat-lambat melaksanakan perintah beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menaiki unta. (HR. Al Bukhari)
-Kerasnya sikap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang
(laki-laki) yang memakai cincin emas, setelah ia tahu bahwa perkara itu
adalah perkara yang diharamkan. (HR. Muslim)
Dan diantara pedoman dan kaidah syar’i yang harus dipegang teguh
dalam menghadapi kerasnya problem (fitnah) dalam kehidupan adalah
hendaknya kita menghadapinya dengan sifat Ar-Rifq (lemah lembut),
At-Ta’anni (tidak tergesa-gesa), dan Al Hilm (santun).
Maka hendaknya kita bersikap lemah lembut dan tenang/tidak
tergesa-gesa dalam segala urusan dan janganlah menjadi orang yang mudah
marah. Janganlah kita menjadi orang yang tidak mempunyai sifat ar-rifq,
karena dengan sifat ar-rifq selamanya tidaklah akan membuat seseorang
itu menyesal, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Tidaklah sifat
ar-rifq tersebut berada dalam suatu perkara kecuali akan memperindahnya.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ
الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ
الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ.
بَارَكَ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنَا وَإِيَّاكُمْ بِاْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَ أَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِي زُمْرَةِ
عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُاللهَ
الْعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَ
الْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ،
فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ
اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
B. Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ
تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ
تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن
يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ
اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ
عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ.
Khutbah Jum’at ini al faqir sampaikan di Masjid Agung An Nuur Pare –
Kediri – Jatim, Jum’at Wage, 22 Rabi’ul Awl 1432 H/ 25 November 2011 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar