Merupakan pemahaman yang buta, bila
sekelompok dari kita mengatakan bahwa Jihad dalam peperangan lebih
mulia daripada jihad dengan hawa nafsu, sebab seluruh kehidupan kita
siang dan malam adalah berperang melawan hawa nafsu, bahkan Jihad dalam
peperangan pun harus dengan melawan hawa nafsu, apakah mereka
menginginkan jihad dalam peperangan itu tidak melawan hawa nafsu?, jadi
mengikuti hawa nafsu?
Mengikuti hawa nafsu mengangkat pedang
dan membunuh kesana kemari.. itukah makna jihad dalam benak mereka?,
Nauzubillah dari pemahaman jihad seperti ini.
Jihad adalah memerangi kebatilan dengan
sabar, tidak membunuh anak anak dan wanita, tidak memukul wajah dengan
tangan apalagi dengan senjata, tidak membunuh bila lawan telah menyerah,
tidak menyiksa dan masih banyak lagi aturan aturan jihad melawan hawa
nafsu justru ditengah peperangan..,
lalu bagaimana sekelompok dari mereka
mengatakan bahwa Jihad peperangan lebih mulia daripada Jihad melawan
hawa nafsu, sedangkan mulai Syahadat hingga wafat kita semua berjihad
melawan hawa nafsu,
Shalat tepat waktu adalah Jihad melawan
hawa nafsu, berbuat baik pada orang tua pun demikian, dan itu jauh lebih
mulia dari Jihad dalam peperangan..
Sebagaimana Hadits riwayat Abdullah bin
Mas’ud yg bertanya pada Rasul saw, : amal apakah yang paling afdhal?,
beliau menjawab : “Shalat tepat waktu”, lalu Ibn Mas’ud bertanya lagi,
lalu apa Ya Rasulullah (saw)”, beliau saw menjawab : “Berbakti pada
kedua orang tua”, lalu Ibn Mas’ud bertanya lagi, lalu apa Ya Rasulullah
?, beliau saw menjawab : “Jihad di jalan Allah”. (HR Muslim No.85),
Demikian pula hadits dengan makna yang
sama dalam (Shahih Bukhari No.503), dan demikian pula hadits dengan
makna yang sama dalam (Shahih Bukhari No 2630)
Hadits inipun didukung dengan Hadits
lainnya sebagaimana diriwayatkan ketika seorang lelaki hijrah
meninggalkan kesyirikan menuju Jihad di jalan Allah, dan Rasul saw
bertanya kepadanya, apakah telah diizinkan oleh ayah ibunya untuk
berjihad?, dan lelaki itu menjawab : “tidak”, maka Rasul saw bersabda :
“Kembalilah, mohon izin pd mereka, bila mereka izinkan maka berjihadlah,
bila tidak maka berbaktilah kepada keduanya” ( HR Muslim no.1035)..
Riwayat Abdullah bin Umar ra yang berkata
: “datanglah seorang lelaki kepada Rasul saw dan memohon izin untuk
berjihad, maka berkatalah Rasul saw : “apakah ayah ibumu masih hidup??,
ia menjawab : ya. Maka Rasul saw bersabda : “maka berjihadlah dengan
berbakti pada mereka (Shahih Bukhari No.2842)
Rasul saw didatangi seorang lelaki yang
mengatakan bahwa Istrinya akan ibadah haji tanpa muhrimnya, sedangkan ia
telah mencatat dirinya untuk ikut Jihad, maka Rasul saw memerintahkan
agar lelaki itu meninggalkan Jihad dan mengantar Istrinya beribadah Haji
(Shahih Bukhari No.2844)
Dan masih banyak lagi hadits – hadits
shahih yang mendukung pemahaman bahwa melawan hawa nafsu jauh lebih
mulia dari sekedar peperangan dengan senjata, yang justru peperangan
(jihad) itu adalah sebagian daripada memerangi hawa nafsu. Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar