Senin, 23 Januari 2012

Kang Said: Usut Tuntas Kasus Sampang

04/01/2012 09:13
  Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj mengecam perusakan rumah ibadah dan pengusiran waga Syi’ah oleh sekelompok orang tak dikenal di Sampang, Madura, yang terjadi 29 Desember lalu.

Pernyataan itu disampaikan Kang Said didampingi Wakil Ketua dan Bendahara PBNU, H. As’ad Said Ali dan H. Bina Suhendra, di gedung PBNU, Jakarta, pada Selasa, (3/1).

Kang Said menduga, aksi kekerasan tesebut didesain untuk merusak perdamaian di Indonesia. Dugaan itu mengingat kondisi hubungan Sunni-Syiah di Indonesia sebelumnya berlangsung damai.

“Di tempat lain, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, hubungan Sunni-Syiah tidak ada masalah,” ungkap Kang Said

Kang Said mendesak supaya aparat keamanan mengusut tuntas dan menindak tegas pelakunya, untuk mencegah aksi serupa terulang di kemudian hari. Selain itu, kasus ini harus disikapi dengan lebih dewasa. Dia menyarankan untuk melokalisir kasus itu. Tidak dikait-kaitkan dengan agama: konflik Sunni dan Syiah, bukan juga NU dan Syiah.

“Syi’ah adalah mazhab yang sejak lama datang ke indonesia. KH Hasyim Asy'ari tidak pernah menyinggung Sy’iah. Bahkan Ahamdinejad (Presiden Iran) pernah mengunjungi PBNU. Ini bukan konflik Sunni dan Syiah, bukan juga NU dan Syiah," katanya.

Kang Said menegaskan NU didirikan dalam tiga semangat: semangat ukhuwah islamiyah (persaudaran Islam), watoniyah (kebangsaan), insaniyah (kemanusiaan). Jangankan dengan sesama muslim, dengan nonmuslim pun melarang kekerasan.

“Kalau ada yang mengait-ngaitkannya sebagai konflik agama, berarti itu faham impor. Islam Indonesia, Islam damai,” pungkasnya.

SIKAP PBNU TENTANG KASUS SAMPANG

PBNU: Ada Upaya Provokasi dalam Kasus Sampang
Ary Wibowo | Latief | Selasa, 3 Januari 2012 | 19:27 WIB

Kompas/Yuniadhi Agung Ketua umum PB Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj.

TERKAIT:

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU) menduga ada pihak yang mencoba memprovokasi masyarakat dalam kasus pembakaran terhadap masjid, madrasah, dan rumah kelompok Syiah di Desa Karang Gayam, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Dalam kasus tersebut dinilai tidak ada hubungannya dengan perbedaan ajaran agama tertentu.
" Ini adalah murni konflik keluarga. Jadi, jika sampai bisa pecah seperti kemarin, pasti ada kepentingan pihak lain. Besar kemungkinan ada pihak ketiga yang memprovokasi."
-- Said Aqil Sirodj

"Ini adalah murni konflik keluarga. Jadi, jika sampai bisa pecah seperti kemarin, pasti ada kepentingan pihak lain. Besar kemungkinan ada pihak ketiga yang memprovokasi, karena sebelumnya terjadi konflik keluarga itu," ujar Ketua Umum PBNU Said Aqil Sirodj di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa (3/1/2011).

Sebelumnya, Bupati Sampang Noer Tjahja juga mengakui, kerusuhan tersebut sesungguhnya berakar dari masalah internal keluarga. Kebetulan di dalam keluarga itu ada yang menganut paham tertentu, sehingga menimbulkan perselisihan. Perselisihan semakin meruncing dan pecah menjadi kerusuhan.
Said Aqil mengatakan, seharusnya masalah internal tersebut dapat disikapi secara dewasa terlebih dahulu. Pasalnya, jika tidak, campur tangan dari beberapa pihak yang memang mempunyai tujuan merancang pertikaian dalam persoalan tersebut akan mudah terlaksana.
"Dan semua konflik, indikasinya, memang selalu ada campur tangan dari luar. Kalau atas nama agama, bisa pihak yang menjual nama agama. Kalau LSM, pasti yang punya jaringan luar negeri. Kalau mazhab, pasti mazhab yang ingin tampil. Padahal, kita ketahui Syiah itu datang sejak lama di Indonesia, bahkan KH Hasyim Asy'ari tidak pernah menyinggung soal itu. Jadi, ini adalah tantangan agar masyarakat kita lebih dewasa," katanya.
Oleh karena itu, Said Aqil mengharapkan agar masyarakat Sampang tidak lagi terprovokasi dengan permasalahan yang sama. Ia menilai, meski ada perbedaan di antara umat Islam, bukan berarti tindakan saling membenci dan permusuhan itu dibenarkan.
"Dan, yang terpenting itu adalah agama Islam sangat mengecam kekerasan, apalagi anarkis. Jangankan, sesama Islam, sesama nonmuslim juga kita harus tetap saling melindungi. Sikap PBNU tegas, yakni mengecam segala tindakan kekerasan ini," kata Said Aqil.
Seperti diberitakan, Kamis (29/12/2011) lalu, ratusan warga di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Sampang, membakar rumah warga yang menyebut dirinya sebagai kelompok Syiah. Sedikitnya ada empat rumah habis terbakar, termasuk sebuah toko, bangunan madrasah, dan musala.
Akibat kejadian itu, puluhan warga telah dievakuasi ke Kantor Kecamatan Omben. Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution di Jakarta, Senin (2/1/2012) kemarin mengungkapkan polisi telah menetapkan satu tersangka terkait kasus tersebut. Tersangka tersebut, kata Saud, adalah warga Desa Pandan berinisial M, yang dijerat dengan pelanggaran pasal 187 KUHP tentang pembakaran. 


Metrotvnews.com, Jakarta: Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan kasus pembakaran pesantren yang dikelola kelompok Syiah di Sampang, Madura, Jawa Timur, beberapa waktu lalu bukan disebabkan konflik Sunni-Syiah. "Ini bukan konflik Sunni-Syiah, tapi konflik keluarga," kata Ketua Umum PBNU Kiai Haji Said Aqil Siroj di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa (3/1).

Said Aqil mengatakan, selama ini tidak ada perselisihan antara Sunni-Syiah di Indonesia, apalagi konflik NU-Syiah. Karena itu, PBNU mengimbau agar kasus di Sampang dilokalisasi sebagai konflik keluarga, karena faktanya seperti itu, tidak dibuat melebar ke mana-mana. Apalagi, saat ini dunia Islam membutuhkan persatuan, baik lintas mahzab, aliran, etnis, maupun politik.

Said Aqil mengaku telah berbicara dengan Gubernur Jawa Timur dan Bupati Sampang. Mereka menyatakan sanggup menyelesaikan kasus ini.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Pesantren Misbahul Huda, di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Sampang, yang dikelola kelompok Syiah diserang oleh sekelompok orang, Kamis (29/12). Tiga rumah dan satu musalah dilaporkan habis terbakar, namun tidak ada korban jiwa.(Ant/BEY)


Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan, kasus pembakaran pesantren yang dikelola kelompok Syiah di Sampang, Madura, beberapa waktu lalu bukan disebabkan konflik Sunni-Syiah.
"Ini bukan konflik Sunni-Syiah, tapi konflik keluarga," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj kepada wartawan di kantor PBNU, Jakarta, Selasa.
Turut mendampingi Said Aqil dalam kesempatan itu Wakil Ketua Umum PBNU As`ad Said Ali, Ketua PBNU Arvin Hakim Toha, dan Bendahara Umum PBNU Bina Suhendra.
Said Aqil mengatakan, selama ini tidak ada perselisihan antara Sunni-Syiah di Indonesia, apalagi konflik NU-Syiah.
Karena itu, PBNU mengimbau agar kasus di Sampang dilokalisasi sebagai konflik keluarga, karena faktanya seperti itu, tidak dibuat melebar ke mana-mana.
Apalagi, saat ini dunia Islam membutuhkan persatuan, baik lintas mahzab, aliran, etnis, maupun politik.
Menurut Said Aqil, ia telah berbicara dengan Gubernur Jawa Timur dan Bupati Sampang. Mereka menyatakan sanggup menyelesaikan kasus ini.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Pesantren Misbahul Huda, di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Sampang, yang dikelola kelompok Syiah diserang oleh sekelompok orang, Kamis (29/12).
Dalam peristiwa itu dilaporkan tiga rumah dan satu mushala habis terbakar, namun tidak ada korban jiwa.