Selasa, 31 Mei 2011

AGAMA-AGAMA di JAZIRAH ARAB SEBELUM KEDATANGAN ISLAM - 2

2. Penyembah berhala (watsani)

    Ajaran tauhid hidup di Jazirah Arab Berabad-abad lamanya, kurang lebih 20 abad, sampai pada zaman pemerintahan raja Zabur Dzil Akhthab di Persia. Ketika itu, Mekah dikuasai suku Khuza'ah. Menurut catatan para sejarawan, orang yang pertama kali menyembah berhala di Mekah adalah salah seorang pemimpin suku Khuza'ah yang bernama 'Amr Ibn Luhai. 'Amr meletakkan berhala besar yang bernama Hubal di tengah Kakbah. Ia membawa berhala itu dari kota Balqa, Syam. Awalnya, 'Amr tertarik dengan kebiasaan masyarakat di sana. Mereka memuja patung-patung sehingga meminta sebuah patung untuk dibawa ke Mekah. Di samping Hubal, masih ada lagi patung berbentuk manusia yang dipuja masyarakat Arab, yaitu Isaf dan Nailah. 'Amr mengajak penduduk Mekah untuk menghormati, menyembah serta berdoa kepada berhala-berhala itu.

    Demikian awal mula penyimpangan ajaran tauhid Nabi Ibrahim di tanah Arab yang mulai tergeser dengan munculnya paham keberhalaan. Paham ini terus tumbuh dan berkembang sehingga hampir mayoritas penduduk tanah Arab menjadi pemuja berhala. Bangsa Arab memuja patung-patung yang mereka anggap perantara dengan Tuhan. Patung-patung yang disembah pada masa itu antara  lain:
  • Wudda dipuja oleh Bani Kilab yang berada di Daumah al-Jandal.
  • Suwa disembah oleh Bani Hudzail.
  • Yaqus menjadi sembahan Bani Madhaj dan beberapa suku di Yaman.
  • Ya'uq dijadikan sembahan Bani Hamdan.
  • Nashr dipuja oleh Bani Dzil Kila di Hunain.
  • Latta disembah oelh Bani Tsaqif di Taif.
  • Uzza dijadikan sembahan Bani Quraisy, seluruh Bani Kinanah, dan sebagian Bani Sulaim.
  • Manath dipuja suku Aus, Khazraj, dan Ghassan.
  • Hubbal adalah patung terbesar yang dipuja oleh seluruh bangsa Arab.
  • Issaf dan nailah patung yang diletakkan di bukit Shofa dan Marwa.
    Sebelum datang, paham keberhalaan telah mengakar kuat dan menjadi mayoritas kepercayaan masyarakat Arab. Masuknya agama Yahudi di Yatsrib dan yaman, kemudian Kristen di Najran, tidak begitu memengaruhi keyakinan masyarakat Arab terhadap berhala. Husain Haikal dalam Hayatu Muhammad berpendapat bahwa kondisi alam, politik, sosial, dan pola pikir masyarakat Arab menjadi penyebab paganisme (keberhalaan) tetap bertahan dan tumbuh berkembang.

    Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, kondisi alam jazirah Arab yang sebagian besar berupa gurun pasir, pegunungan, serta bebatuan yang tandus dan kering membuat para kabilah-kabilah pedagang hanya melewatinya tanpa pernah mau menetap. hanya penduduk asli (Badui) yang kuat dalam mengarungi kerasnya kehidupan padang pasir. Terbukti para penganut Nasrani dan Yahudi hanya terdapat di kota-kota yang peradabannya sudah agak maju, seperti Yaman dan Yatsrib yang berdekatan dengan Romawi atau Persia, seperti Hira dan Ghasssan.

    Dari sisi politik, terusirnya orang-orang Yahudi dari Palestina oleh kelompok Kristen yang berlindung di bawah imperium Romawi menumbuhkan benih-benih permusuhan dan dendam. Secara diam-diam kelompok Yahudi ini membendung arus kristenisasi ke wilayah Arab. Orang-orang yahudi merupakan kelompok imigran besar yang menetap di Yatsrib (Madinah) dan yaman. Disamping itu, agama Majusi, Persia telah menjadi besar dan kuat secara politik untuk membendung arus kekuatan Kristen supaya tidak menyeberang Furat (Euphrates) ke Persia.

    Faktor terpenting menurut Husain Haikal adalah budaya paganisme Mesir dan Yunani yang masih berpengaruh dalam berbagai sekte-sekte Kristen yang tersebar. Budaya ini secara tidak langsung menimbulkan anggapan bahwa agama Kristen tidak berbeda dengan berbagai macam paganisme yang telah ada di Arab. Aliran Alexandria dan filsafatnya masih tetap berpengaruh meskipun sudah banyak berkurang dibandingkan masa ptolomeius.

    Tabiat manusia yang lemah menjadikan manusia menggambarkan Tuhan menurut selera mereka senriri. Ini adalah akibat pengaruh dari paganisme Mesir dan Yunani. Logika yang seakan sempurna dapat menimbulkan kepercayaan paganisme yang politeistik. Paganisme ini tetap hidup dikalangan bangsa-bangsa yang sudah menerima ajaran Kristen.

    Hal-hal di atas inilah yang menyebabkan keberhalaan masih bertahan lama di Arab sampai diruntuhkan oleh Islam. Berakhirnya pemujaan terhadap berhala terjadi ketika kota Mekah berhasil dikuasai pasukan Islam (fath al-Mekah) dan ditandai dengan dihancurkannya patung-patung di sekitar Ka'bah yang ketika itu mencapai 360 buah.

Senin, 30 Mei 2011

AGAMA-AGAMA di JAZIRAH ARAB SEBELUM KEDATANGAN ISLAM - 1

oleh : Kaisar, '08, Lirboyo Kediri

    Di wilayah Arab, pada awal abad 6 M atau menjelang masuknya Islam, telah berkembang berbagai macam agama dan kepercayaan. Menurut Sayyid Mahmud Syukri al-Alusi al-Baghdadi dalam kitab Bulugh al-'Arobi fi Ma'rifah Ahwal al-Arob yang dinukil oleh Zaenal Arifin Abbas dala "Peri Kehidupan Muhammad", menyatakan bahwa agama-agama yang pernah ada di Arab sebelum masuknya Islam, antara lain adalah, al-muwahhidun (yang mengesakan Tuhan), penyembah berhala (watsani), Yahudi, Nasrani, Penyembah matahari dan bulan, Dahriyun (atheis), Shabi'in (penyembah bintang), Zindiq, Majusi (penyembah api), penyembah malaikat dan jin, kelompok yang mempercayai dua Tuhan, yaitu Tuhan yang berbuat kebaikan dan Tuhan yang melakukan perbuatan jahat. Untuk selanjutnya akan dijelaskan satu-persatu latar belakang sejarah kemunculan dan perkembangan agama-agama tersebut di tanah Arab sebelum datangnya Islam.

1. Al-Muwahhidun (mengesakan Tuhan).

    Jazirah Arab bila yang dimaksud  meliputi seluruh wilyah jazirah Arab termasuk Yaman dan sekitarnya, maka ajaran tauhid sebelum Islam pernah masuk di sebagian wilayah tersebut melalui beberapa Nabi. selain Nabi Ibrahim dan nabi Ismail tercatat ada tiga nabi dikisahkan dalam Al-Qur'an yang hidup di jazirah  Arab: Nabi Hud as., Sholeh as., dan Nabi Syuaib. sedngkan Nabi Ibrahim as. dan Ismail as. menjadi bagian sejarah yang terpenting karena Islam sebagai agama tauhid terakhir, muncul di tempat yang dirintis keduanya (Mekah) dan juga dari keturunan Ismail as. yaitu Nabi Muhammad saw. sebagai nabi pembawa risalah terakhir dilahirkan.

    Sejarah mencatat bahwa penghuni Mekah pertama kali adalah Nabi Ismail as. bersama ibunya, Siti Hajar. Ka'bah sebagai kiblat agama tauhid dunia jga dibangun oleh mereka berdua. dan dari sosok Nabi Ismail inilah rasul terakhir dan sebagian besar suku-suku penting tanah Arab dilahirkan. Saat Islam lahir, Nabi Muhammad saw. mengajak orang-orang Arab waktu itu untuk kembali kepada agama nenek moyang mereka Nabi Ibrahim.

    Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail di Mekah bermula ketika Siti Hajar, Istri kedua Ibrahim, melahirkan Ismail di Khalil, sebuah kota di sebelah timur Baitul Maqdis. Melihat keadaan ini, Sarah sebagai istri pertama merasa sangat sedih. Bukan kehadiran Ismail yang membuat Sarah sedih, namun sebagaimana perasaan wanita pada umumnya yang sudah bertahun-tahun mendampingi Ibrahim berjuang, tentunya mendambakan buah hati ditengah-tengah keluarga. namun justru dari wanita lain, bukan dari rahim Sarah, bayi yang didamba-dambakan itu lahir. Kesedihan yang mendalam inilah yang mendorong Sarah untuk meminta Nabi Ibrahim membawa Hajar dan Ismail ke arah selatan sehingga sampai pada suatu tempat kosong tak berpenghuni yang kering dan tandus.

    Pada masa itu, Mekah belum berpenghuni. Tempat ini tidak menarik para kafilah dagang untuk menetap dan membangun pemukiman karena tanahnya yang kering dan tandus serta jauh dari sumber air meskipun kadang-kadang  para pedagang dari selatan (Yaman) melewatinya. Namun, agak jauh disekitar Mekah, diperkirakan telah hidup suku Amalika. Di tempat inilah, Nabi Ibrahim as. diperintahkan Allah meninggalkan dua orang yang dicintainya. Ini adalah ujian yang harus dijalani Nabi Ibrahim. Dengan berat, Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat itu. Hanya doa dan kepsrahan Ibrahim yang membuatnya tabah dan tegar. Seperti Nabi-Nabi yang lain, Ibrahim as. adalah hamba yang benar-benar yakin akan kekuasaan Allah. Dia yakin bahwa Allah akan menjaga dua orang yang disayanginya itu. Doa Nabi Ibrahim ini diabadikan dalam Al-Qur'an surat Ibrahim.

    Nabi Ibrahim dikenal sebagai bapaknya para Nabi-nabi setelahnya. dari jalur nasabnya banyak lahir nabi-nabi, bahkan dari perantara Nasabnya makhluk termulia lahir, sebagai penutup garis kenabian. Nabi Muhammad saw. adalah Nabi terakhir yang merupakan keturunan dari Nabi Ismail bin Ibrahim as.

TAUHID AJARAN DASAR MANUSIA

oleh : Kaisar, '08, Lirboyo Kediri

    Dalam diri manusia, menurut Muhammad Ismail, terdapat thaqah al-hayah (daya kehidupan) yang memotivasi manusia melakukan perbuatan-perbuatan, yang menuntut adanya pemenuhan. potensi ini menuntut dua manifestasi. pertama, menuntut pemenuhan secara pasti. artinya, bila itu tidak dipenuhi, manusia akan mati. ini adalah al-hajah al 'udlwiyah (kebutuhan jasmani). kedua, menuntut pemenuhan. artinya, jika itu tidak dipenuhi, manusia tidak akan mati. namun, ia akan merasa resah sampai kebutuhan itu terpenuhi. ini adalah al-ghariyah (naluri) yang aktivitasnya muncul secara alami memotivasi tuntutan pemenuhan.

    Dari sisi asal motivator pemenuhan, al-gahrizah berbeda dengan kebutuhan jasmani karena kebutuhan jasmani motivatornya bersifat internal, sedang al-gharizah adalah berpikir tentang sesuatu atau obyek yang membangkitkan perasaan untuk memenuhinya. contoh, naluri beragama (gharizah tadayyun). yang membangkitkannya adalah berpikir akan tanda-tanda kekuasaan  Tuhan, hari akhir, keindahan ciptaan Tuhan, atau sesuatu yang berkorelasi dengan itu. Dari sini, kita dapati bahwa pengaruh naluri akan muncul bila ada sesuatu yang membangkitkannya. sebaliknya, jika tidak ada yang membangkitkan, naluri tersebut tidak akan muncul atau dalam keadaan ketika seseorang memalingkan sesuatu yang membangkitkan nalurinya dengan interpretasi yang keliru sehingga hilang pada pemahaman orang tersebut karakteristik asli.

    Rudolf Otto, ahli sejarah agama berkebangsaan Jerman, dalam bukunya "The Idea of The Holy" yang terbit pada 1917 seperti dikutip Karen Amstrong mengatakan, bahwa kebutuhan manusia terhadap agama berawal dari ketakjuban mereka terhadap fenomena keteraturan dan keunikan alam semesta. Dengan pikiran dan perasaan yang dimiliknya, manusia berusaha memahami dan memecahkan fenomena tersebut ayng akhirnya memunculkan rasa tentang yang ghaib, yaitu ada kekuatan besar yang mengatur alam semesta dan kehidupan mereka yang hakikatnya tak mampu dijangkau oleh akal pikiran mereka. Perasaan tentang yang gaib itu, lanjut Otto, adalah titik berangkat manusia ketika menjelaskan asal-usul dunia atau bagaimana menjalankan kehidupan yang baik di dunia.

    Pada intinya, Otto dan Ismail ingin memberi kepahaman kepada kita bahwa manusia secara fitrah memiliki naluri berketuhanan kepada kita bahwa manusia secara fitrah memiliki naluri berkethanan atau naluri beragama. dengan demikian, manusia terhadap agama berasal dari dalam diri manusia itu sendiri atau naluri alamiah (fitrah) manusia karena adanya respon dari luar. Fitrah alamiah manusia senantiasa menuntut untuk bertanya tentang hakikat alam dan manusia. misalnya, adakah kekuatan yang mengatur dan mengendalikan alam semesta ini? adakah kehidupan setelah kematian? dan pertanyaan-pertanyaan filosofis lainnya.

    Alinea diatas membawa kita pada kesimpulan, bahwa tidak mungkin manusia tidak bertuhan sama sekali. Entah berupa benda-benda alam atau lainnya, manusia pasti mempunyai sesuatu yang dia angggap diluar kuasanya, atau bahkan menguasainya.